Sabtu, 17 September 2016

Tetaplah Menjadi Bintang di Langit (2-Habis)

Berpuasa tiga hari setiap bulan

Diriwayatkan Nasa’I, Abu Dzar al-Gaffari berkata, “Kami dititah oleh Rasulullah Saw agar berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulan, yakni pada hari-hari cemerlang: Tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas. Sabdanya, bahwa itu seperti berpuasa sepanjang masa.”

Hafsah, istri Rasulullah berkata, bahwa “Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah Saw; Puasa Asyura’, puasa sepertiga bulan-yakni bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari dari tiap bulan, dan shalat dua rakaat sebelum Shubuh.” (Riwayat Ahmad dan Nasa’i)

Berpuasa selang seling

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amar, katanya, bersabda Rasulullah Saw, ‘Puasa yang lebih disukai oleh Allah, ialah puasa Daud, dan shalat yang lebih disukai Allah adalah shalat Daud. Ia tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya, dan ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari.”

(Berpuasalah sesuai kadar kesanggupan kita). Bagi yang masih mempunyai utang, jangan lupa untuk membayar.
Shalat Tarawih, akan terus kita lakukan dengan qiyamul lail (tahajjud) untuk memperkuat jiwa. Dan senantiasa menjaga setiap shalat wajib maupun sunat.

Tilawah Qur`an akan terus kita lanjutkan. Sebab ia adalah kitab petunjuk dalam mengarungi samudra kehidupan. Al-Qur`an juga merupakan syifa (obat) penenteram hati, berisi peringatan dan kabar gembira bagi kita dan alam semesta ini.

Zakat, infak dan sedekah. Dalam harta kita ada hak orang lain. Apa yang kita nafkahkan semata-mata karena Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Pastinya kita ingin mendapatkannya. Hati akan tenang jika senantiasa menabung untuk bekal pulang. Tak ada insan yang jatuh miskin karena menafkahkan hartanya.

Menjaga diri dari perbuatan yang keji, menjaga makanan agar jasad dan ruhani tetap bersih, dan menyambung tali siraturrahim. Sebagaimana Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang pada hamba-hamba-Nya, sudah sepatutnya kita saling memaafkan (berlapang dada) pada mereka yang pernah menyakiti kita.

Sungguh nikmat bukan? Nikmat, karena hati senantiasa merasakan Ramadhan. Nikmat merasa hidup dekat dengan Tuhan. Bukankah ini yang dicontohkan Rasulullah? Ibadah Ramadhan adalah cerminan akhlak beliau setiap harinya.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Q.s. al-Ahzab [33]: 21).
Takwa, kunci diri, yang bersemayam di hati bahwa kita yakin Allah selalu melihat, hingga berdesir darah ini keseluruh tubuh, menyeruak kembali pada hati hingga bertambah rasa cinta, harap dan takut hanya pada-Nya.

Bayangkan saja, jikalau setiap kita memperkuat mutu bintang kita, betapa kuatnya pribadi bangsa Indonesia ini, hingga Allah limpahkan pada kita berkah dari langit dan bumi, belum lagi kenikmatan hidup dicintai-Nya, bahkan segenap makhluk langit dan bumi pun mencintai kita. Jika sudah demikian adanya, masih bisakah dirimu berkata, bahwa Kasihmu Tak Sampai?

Inspirasi dari buku Betapa Allah Mencintaimu sub judul Hati yang Senantiasa Merasakan Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar