Rabu, 28 September 2016

Kaya atau Miskin Bukan Jaminan Bahagia

MATERI bukanlah ukuran mutlak untuk mengukur kadar kebahagiaan. Sebab, banyak pula orang yang bergelimang harta namun dia tidak bahagia.

Kemiskinan pun bukan alasan untuk hidup tidak bahagia. Memang, kemiskinan bukanlah jaminan seseorang bisa bahagia begitu juga kekayaan. Keduanya bukan syarat mutlak untuk hidup bahagia.

Terkadang, kita bisa mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang sederhana. Ya, amat sederhana. Di mana hati kita selalu terpaut pada-Nya dan bersyukur atas apa yang Dia anugerahkan untuk kita.

Bukan soal kekayaan atau materi yang membuat orang bahagia. Bukan pula kemiskinan yang selalu membuat kita meratapi kesedihan. Tapi bagaimana kita bisa menikmati dan mensyukuri setiap nikmat yang telah Dia berikan.

Banyak orang kaya yang tidak bahagia. Terlebih juga orang miskin. Lebih banyak tdak bahagianya dibanding bahagia. Iya, kan? Kenapa demikian? Penyebabnya mungkin sederhana kita mensyukuri setiap nikmat-Nya.

Kaya atau miskin bukan syarat mutlak untuk seseorang bisa bahagia. Banyak hal yang mungkin tanpa kita sadari bia membuat bahagia. Misalnya, udara sejuk di pagi hari yang setiap hari kita hirup, bila kita rasakan dan hayati betapa itu adalah nikmat yang luar biasa.

Bila kita hitung setiap udara yang masuk ke tubuh kita, niscaya tidak akan bisa dan tidak mampu. Karena begitu banyak udara segar yang ke tubuh kita setiap detik. Itu baru udara saja, jika kita bersyukur maih banyak karunia-Nya yang belum sempat kita syukuri.

Bila kita renungkan, kita punya mata untuk melihat, mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengar, dan masih banyak lagi karunia-Nya. Bukankah semua itu dapat membuat kita bahagia, bila kita mensyukurinya?

Nikmat Tuhanmu yang manakah kaudustakan?

Materi Bukanlah Segalanya

Bila kita hidup hanya mencari materi, itu bukanlah segalanya. Meskipun kita menumpuk-numpuknya di dalam rumah dengan berbagai kemewahan pun tidak menjamin kita bahagia.

Justru, apa yang kita lakukan itu akan sia-sia belaka. Kita hanya mengejar dunia yang fana. Perlu diketahui, semua kemewahan itu tidak akan di bawa sampai ke liang kubur. Yang akan menemani kita adalah amal ibadah kita. Dialah teman sejati kita.

Segala kemewahan yang kita miliki kelak akan dimintai pertanggung jawaban-Nya di akhirat. Ke manakah semua itu kita gunakan? Apakah hanya untuk foya-foya?

Padahal, kita tahu banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan ulurkan tangan. Alangkah baiknya, kalau kita membantu mereka. Dengan harta yang sudah di titipkan Allah pada kita.

Bukankah di dalam harta kita ada hak mereka?

Sudah menjadi kewajiban kita untuk mengeluarkannya. Salah satu kunci kebahagiaan adalah dengan berbagi kepada sesama. Dengan begitu, kita bisa saling merasakan penderitaan saudara kita.

Bukankah sesama muslim itu bersaudara?

Dan Allah selalu menganjurkan kita menolong saudara. Bahagia itu sederhana, dengan berbagi kita bisa bahagia. Pun menolomg saudara sesama muslim. Alangkah indahnya hidup ini, bila kita saling menolong dan berbagi kepada sesama.

Kebahagiaan itu bukanlah di cari. Tapi di ciptakan. Jika kita ingin bahagia, maka ciptakan kebahagiaan itu. Bagaimana caranya? Banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya, belajar mensyukuri nikmat-nikmat yang sering kita anggap kecil: seperti menghirup udara segar setiap pagi, atau mungkin bisa dengan berbagi dan menolong sesama. Ciptakan kebahagiaanmu sendiri!

Miskin Bukan Alasan Untuk Mengeluh

Mungkin kita sering mengeluh dengan keadaan. Apalagi kalau hidup sudah pas-pasan. Kita selalu menjadikan kemiskinan sebagai alasan. Alasan yang juga klise, mengeluh. Mengeluh bukanlah solusi tepat untuk keluar dari masalah.

Bisa jadi mengeluh dapat menambah masalah. Miskin itu bukan nasib yang harus di ratapi selama berhari-hari. Dan bukan pula alasan untuk kita tidak bersyukur apalagi sampai menggadaikan iman.

Janganlah kita menggadaikan iman karena sebuah kemiskinan. Biarlah hidup miskin di dunia tapi tidak di akhirat. Iman itu kuncinya surga. Bila kunci surga sudah kita gadaikan atau kita jual dengan dunia yang tidak seberapa ini bagaimana kita bisa masuk surga?

Kalau kuncinya saja sudah tak ada di genggaman kita. Kemiskinan itu nasib yang dapat di ubah. Allah SWT menegaskan dalam alqur’an bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri mau mengubahnya.

Artinya apa?

Kalau kita tidak ingin hidup miskin dan ingin hidup layak ya kita harus mengubah kemiskinan itu. Bagaimana caranya? Ya, dengan bekerja lebih giat lagi.

Banyak kasus kriminal yang terjadi latar belakangnya adalah faktor kemiskinan. Himpitan ekonomi sering kali membuat orang gelap mata. Dan tidak bisa membedakan antara yang halal atau haram. Tak jarang pula, ada yang sampai menjual imannya dan masuk agama lain hanya karena ingin hidup lebih layak.

Janganlah kita sampai menjual iman. Karena itu sama saja membuang kunci surga yang sudah berada di tangan. Jangan kotori hati ini dengan sering mengeluh dan mengeluh. Karena tak ada gunanya. Apapun keadaan hidup kita saat ini, kaya atau pun miskin belajarlah untuk bersukur. Karena kunci kebahagiaan adalah dengan mensyukuri segala nikmat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar