Selasa, 31 Januari 2017

Menjauhi Sifat Sombong

Assalamu’alaikum

Saudaraku seiman, Kesombongan adl dosa yg pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah subhana wa ta’ala yaitu iblis. Kesombongan pula yg menjadi penyebab terusirnya iblis dari surga. Kesombongan adl sikap merasa bhw dirinya berada diatas orang lain & menolak kebenaran.

Kesombongan dpt menjangkiti siapa saja mulai dari orang yg awam, orang yg berilmu, orang yg kaya raya, pejabat atau politikus, para aktivis dakwah hingga seorang ahli ibadah.

Orang yg awam dpt meremehkan orang lain, orang yg berilmu dpt merendahkan orang yg bodoh, orang yg kaya menghinakan orang yg miskin, pejabat menolak menerapkan syari’at Allah, para aktivis dakwah dpt diuji dgn perasaan dirinya sendiri bhw ia adl orang yg paling banyak berkorban dijalan Allah serta seorang ahli ibadah dpt dibuat kagum dgn amal ibadahnya sendiri.

Orang yg sombong tlh lupa eksistensi dirinya sbg makhluk Allah ta’ala. Orang yg sombong jg tlh kehilangan orientasi dlm beramal ibadah kpd Allah ta’ala. Kesombongan dpt diredam dgn tafakkur diri bhw manusia adl makhluk Allah yg lemah, memiliki sifat tawadhu’ & kesombongan dpt dikikis habis dari dlm jiwa dgn menanamkan niat yg ikhlas dlm setiap perkara kehidupan.

Semoga Allah Subhana wa ta’ala menjaga hati kaum muslimin dari sifat sombong, ujub & takabbur.

Allah Subhana wa ta’ala berfirman, “Apakah yg menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis : Saya lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.(QS.Al-A’raf:12).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Kamis, 26 Januari 2017

Karakter Lemah Lembut

Karakter Lemah Lembut

Assalamu’alaikum

Saudaraku seiman, Setiap orang memiliki karakter & sikap yg berbeda-beda. Ada yg berperangai keras lagi kasar & ada jg yg berprilaku lemah lembut. Meskipun tegas itu bukan berarti kasar ataupun lemah lembut itu bukan berarti pula lemah tak berdaya.

Tdk dikatakan keras bila bicara tentang kebenaran agama Allah & tdk pula dikatakan lembut thp dosa & kemaksiatan. Karakter manusia dpt terbentuk krn faktor lingkungan & pendidikannya.

Lingkungan adl tempat asal muasal ia tumbuh & berkembang, disanalah ia belajar berbicara, belajar bersikap, disana pula ia belajar bertindak.

Pola pendidikan agama yg baik & lingkungan yg kondusif akan dpt menghantarkan sikap perilaku seseorang berkarakter lemah lembut thp sesama mukmin & berani tegas membela serta menegakkan kebenaran agama Allah ta’ala.

Kelembutan jiwa dpt diraih dgn melembutkan hati & perasaan. Hati dpt berubah dari kasar nan keras menjadi lembut dgn therapi diri dari penyakit hati.

Sementara penyakit hati dpt disembuhkan dgn taubat nasuha, memperbanyak istighfar & memperbanyak beribadah kpd Allah ta’ala.

Allah SWT berfirman, “Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu.”(QS.Al-Imran :159).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Fiqh Shalat : Menggapai Shalat Khusyu

#Fiqh Shalat : Menggapai Shalat Khusyu’#

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman,

{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3)

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.(QS.Al-mukminun:1-3).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang fiqh shalat yaitu menggapai shalat yg khusyu’.

Tdk ada ibadah yg paling utama bagi seorang mukmin kecuali ibadah shalat fardhu. Shalat memiliki urgensi yg mulia sebab shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Shalat dijadikan sbg tiang agama, barang siapa yg menegakkan shalat berarti ia tlh menegakkan agama. Sebaliknya barangsiapa yg meninggalkan shalat berarti ia tlh meruntuhkan agama. Shalat jg menjadi parameter baik dan tidaknya amal ibadah seorang hamba diakhirat kelak, bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amal ibadahnya yg lain. Sebaliknya pula bila shalatnya rusak maka rusak pula amal ibadahnya yg lain.

Seorang mukmin yg mendirikan shalat fardhu dgn baik & benar penuh dgn khusyuk dpt menghantarkan dirinya terhindar dari perbuatan yg keji & mungkar. Meskipun demikian tidak sedikit orang2 mukmin yg mendirikan shalat fardhu tp shalatnya sebatas penggugur kewajiban, shalatnya tdk membekas didalam bathinnya, shalatnya tdk khusyu’ bahkan shalatnya tdk tampak pengaruhnya secara signifikan thp ucapan & perbuatannya sehari2. Sebagaimana anekdot mengatakan shalat terus dikerjakan tetapi maksiat tetap jalan (STMJ).

*Makna Shalat Khusyu’*

Shalat adl ibadah yg terdiri dari perkataan & perbuatan tertentu yg dimulai dgn takbir bagi Allah ta’ala & disudahi dengan memberi salam.
(Ref : Kitab Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq, Juz 1 hal 633).

Secara bahasa kata khusyuk berasal dari kata khasya’a yg artinya adl As-sukun yaitu bermakna tenang & At-tadzallul yaitu menunduk krn merasa hina. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

{خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۚ ذَٰلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ} [المعارج : 44]

Artinya : Dalam keadaan mereka menundukkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yg dahulunya diancamkan kpd mereka. (QS.Al-Ma’arij : 44).

Al-imam Qurthubi rahimahullahu mengatakan bhw khusyu’ adl Keadaan di dalam jiwa yg nampak pada anggota badan dlm bentuk ketenangan & kerendahan. Qatadah mengatakan tentang khusyu’ adalah Khusyuk di dalam hati adalah rasa takut dan menahan pandangan dalam shalat.
(Ref : Kitab Tafsir Al-jami’ liahkam Al-quran Juz 2 hal 700).

Jumhur ulama tlh sepakat bhw khusyu’ didlm shalat bukan termasuk rukun shalat. Khusyu’ didlm shalat masuk dlm perkara sunnah & tdk sampai kpd hukumnya wajib. Apabila seseorang shalat dgn tdk khusyu’ maka tdk membuat shalatnya rusak atau batal akan tp shalatnya tdk mencapai puncak kesempurnaan.

*Menggapai Shalat Khusyu’*

Al-mirzabani mengatakan, orang yg shalat butuh empat hal shg shalatnya dinaikkan atau diterima yaitu :

1. Khusyu’ hatinya.

2. Sadar akalnya.

3. Tunduk tubuhnya.

4. Khusyu’ anggota tubuhnya.

Barang siapa yg shalat dgn tanpa kekhusyu’an hati maka ia orang yg shalat tp lalai. Siapa yg shalat dgn tanpa kesadaran akal maka ia orang yg shalat tp lupa. Siapa yg shalat dgn tanpa ketundukan tubuh maka ia orang yg shalat tetapi hampa. Siapa yg shalat dgn tanpa kekhusyu’an anggota tubuh maka ia orang yg shalat tp salah. Dan siapa yg shalat dgn rukun2 ini maka ia orang yg shalat secara sempurna.

(Ref : Imam Nawawi, Kitab Syarah Hadist Arbain An-nawawi hal 8-9).

Shalat yg khusyu’ menjadi bukti ke ikhlasan ibadah seorang hamba krn hanya mrk yg ikhlas beribadah karena Allah ta’ala saja yg dpt melakukan khusyu’ secara sempurna. Tanpa keikhlasan khusyu’ nya adl dusta. Al-imam Ibnu Qoyyim Al-jauzi Rahimahullahu membagi khusyu’ kepada 2 :

1. Khusyu’ iman

yaitu hatinya menghadap Allah ta’ala dgn penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan & rasa malu.

2. Khusyu’ munafiq

yaitu : fisiknya khusyu’ tetapi hatinya tidak khusyu’.

Adapun kiat-kiat untuk menggapai shalat khusyu’ adl sbb :

1. Menanamkan niat ikhlas didlm hati semata2 krn mengharap ridha Allah ta’ala.

2.Tdk menghadirkan didlm hatinya kecuali segala sesuatu yg ada didlm shalat.

3. Menundukan anggota tubuhnya dgn tdk memainkan sesuatu dari anggota tubuhnya krn penampilan lahiriyah menampakan kekhusyu’an bathinnya.

4. Hendaklah merasakan bhw dirinya tengah berada dihadapan raja semesta alam, mentadaburi atau memahami bacaan shalatnya.

(Ref : Kitab Al-mausu’ah Al-fiqhiyah Juz II hal 6.643).

Semoga kita termasuk seorang mukmin yg mendirikan shalat dgn penuh keikhlasan & ketawadhu’an shg menikmati lezatnya khusyu’ didlm shalat.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Mari raih amal soleh dgn menyebarkan tulisan ini. Semoga menjadi ilmu yg bermanfaat

Minggu, 22 Januari 2017

Do’a Meminta Kebaikan Akhlaq

Pelajaran Do’a Hari Ini

Do’a Meminta Kebaikan Akhlaq

اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Allahummahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni sayyi-ahaa, laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta.

Artinya: “Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau.” (HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi Tholib).

Semoga kita mampu untuk menghafal & mengamalkannya.

Posting by : Tommy Abdillah

Jumat, 20 Januari 2017

Keutamaan Amal Berda’wah

#Keutamaan Amal Berda’wah#

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman,

{وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [فصلت : 33]

Artinya :”Siapakah yg lebih baik perkataannya dari pada orang yg menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh & berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang2 yg menyerah diri” (QS. Fushshilat: 33)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang keutamaan amal berda’wah menyerukan yg ma’ruf & mencegah yg mungkar.

Keutamaan menyerukan yg ma’ruf & mencegah dari yg mungkar adl sbg manusia yg paling baik ucapannya. Seruan da’wah kpd individu, masyarakat & negara adl upaya utk menunaikan kewajiban, menjaga eksistensi ajaran Islam, wujud kecintaan thp sesama mukmin utk saling ingat mengingatkan dlm kebenaran & kesabaran, menyelamatkan diri dari kemaksiatan & menyebar luaskan kemuliaan agama Islam sbg rahmatan lil’alamin. Sebuah riwayat hadist :

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
(رواه مسلم)

Artinya : Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(HR.Muslim).

Da’wah menurut bahasa adl seruan atau ajakan, sedangkan menurut makna syar’inya adl seruan kpd orang lain agar mengambil yg Al-khair (islam), melakukan kemakrufan & mencegah kemungkaran. Atau jg dpt di definisikan dgn upaya utk merubah manusia (baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya) dari jahiliyyah ke islam, atau dari yg sdh islam menjadi lbh kuat lagi ke islamannya.

Tugas & tanggung jawab da’wah bukan hanya ada dipundak para Ustadz & Kyai akan tp menjadi tanggung jawab setiap individu mukmin baik laki2 maupun wanita.

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan ayat di atas yaitu para da’i tsb memberi manfaat kpd dirinya & orang lain, baik secara langsung maupun tdk langsung. Bukanlah termasuk golongan ini orang2 yg menyeru kpd yg ma’ruf akan tp tdk mengerjakannya, atau mencegah dari yg mungkar akan tp ia sendiri mengerjakannya. Akan tp mereka menyeru kpd kebaikan & meninggalkan keburukan, menyeru makhluk kpd Al-khaliq. Seruan ini umum mencakup siapa saja yg menyeru kpd kebaikan & memberikan petunjuk kpd orang lain. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 24).

Subjek da’wah dpt dilakukan oleh individu, jama’ah maupun negara, masing2 memiliki dasar & arah perjuangan tersendiri dlm mencapai sebuah target da’wah. Hal ini terjadi krn perbedaan dlm memahami realitas pd sebuah pemikiran bagaimana membangkitkan masyarakat. Allah SWT berfirman,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kpd kebajikan, menyuruh kpd yg ma`ruf & mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.(QS.Al-imran:104).

Perkataan وَلْتَكُنْ terdiri dari tiga kata وَ, yg berartidan لْ yang berarti hendaklah & تَكُن berasal dari

كَان – يكُون – كونا

yg berarti ada, keadaan atau menjadi. Dgn demikian وَلْتَكُنْ bisa berma’na hendaklah ada, atau hendaklah menjadi. Perkataan مِنْكُم ْ menurut Syaikh Wahbah Al-Zuhayli rahimahullahu

من لِلتَّبْعِيْض لأن مَاذُكِرَ فَرْضُ كِفَايَة لا يَلْزَم كُلَّ الأمَّة ولا يلِيْقُ بِكُلِّ احِدٍ
كالْجَهِل

lafazh من berarti sebagian krn apa yg disebutkan berikut sesuatu yg hukumnya fardlu kifayah. Apa yg diperintah dlm ayat ini tdk dpt dilakukan oleh setiap umat tdk layak dilakukan individu, seperti yg tdk punya ilmu.
(Ref : Kitab Tafsir Al-Munir, Jz.IV h.322).

Tegasnya ayat ini mengatur pembagian tugas dlm satu kesatuan umat. Namun menurut Al-Baydlawi bisa jg difahamai sbg من bayani atau penjelas yg mengisyaratkan perintah pada satu umat.
(Ref : Kitab Tafsir al-Baydlawi, tentang surat al-Nisa:777).

Yang dimaksud dengan أُمَّةٌ adl

جماعة تُرَبِّطُهُم رابِطَةٌ مُعَيَّنَنَةٌ تُجْمِعُهُم

Kelompok yg terikat oleh ikatan yg jelas shg terhimpun satu kesatuan.

Perkataan يَدْعُونَ berasal dari

دَعا – يدعو – دعوة

berarti mengajak, menyeru, memanggil.

Sedangkan menurut Imam Thabari,

الخير : الخير يعني إلى الإسلام وشرائعه التي شرعها الله لعباده

Al-khair adl : Al-Islam & syari’ahnya yg tlh di tetapkan Allah utk hamba2 Nya.
(Ref : Kitab Tafsir Jami al-Bayan, juz IV hal 388).

Dengan demikian mengajak pd al-Khair adl berda’wah menyeru manusia kpd al-Islam, mengajar mrk utk memahami & melaksanakan syari’ah Islam. Jelaslah bhw al-Khair itu yg tlh dianggap benar & baik oleh syar’ah, walau bisa jadi anggota msyarakat ada yg menganggapnya tdk baik.

Ayat diatas menjadi dalil perintah Allah SWT kpd orang2 yg beriman utk menyerukan da’wah Islam. Hukum asal berda’wah adl fardhu ‘ain bagi setiap individu mukmin & fardhu kifayah utk membentuk jama’ah da’wah.

Sebaik2 suri tauladan dlm seluruh amal ibadah termasuk dlm hal berda’wah adl Rasulullah SAW.
Berdasarkan aktivitas da’wah Rasulullah SAW melalui kajian kitab Sirah Nabawiyah mulai dari periode Mekkah hingga Madinah selama 23 tahun dpt difahami metode atau thoriqoh da’wah Rasulullah SAW ada 3 yaitu :

1. Kaderasasi para sahabat Rasulullah SAW utk menanamkan tauhid, syakhsiyah/kepribadian Islam & tsaqofah/ilmu pemahaman Islam.

2. Interaksi pemikiran antara yg haq & bathil ditengah2 masyarakat arab jahiliyah

3. Penerapan Islam secara kaffah.

Ketiga metode dakwah ini wajib diteladani oleh ummatnya yg mengaku mencintai Rasulullah SAW. Sebaik2 seruan da’wah dilakukan oleh negara yg akan menyerukan da’wah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui jihad fi sabilillah tp ketika tdk adanya negara Khilafah Islam maka yg berperan mengemban da’wah Islam dpt dilakukan secara berjama’ah sebab beban & tanggung jawab bukanlah perkara yg ringan.

*Penutup*

Rintangan & tantangan da’wah jg begitu berat krn akan terus terjadi pertarungan antara yg haq & yg bathil. Dgn mengikuti metode da’wah Rasulullah SAW & berda’wah dgn penuh keikhlasan serta kesabaran maka in syaa Allah perubahan ummat akan dpt terwujud nyata baik perubahan individu, masyarakat maupun bernegara dgn jalan menerapkan Syari’at Islam secara kaffah dlm seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Lisan Kotor Disebabkan Hati Kotor

Tausiyah Senja

#Lisan Kotor Disebabkan Hati Kotor#

Assalamu’alaikum

Saudaraku seiman, Lidah itu memang tak bertulang tp tajamnya lidah dpt lbh tajam dari sembilu bambu. Ucapan lisan yg baik lagi penuh hikmah dpt menyejukkan hati & perasaan, sedangkan ucapan lisan yg pedas menyakitkan dpt menyayat2 hati & perasaan.

Anggota tubuh yg terluka dpt sembuh terobati tp bila hati yg terluka sulit utk disembuhkan kecuali dgn kemaafan yang tulus. Berapa banyak manusia yg bertikai bahkan berujung perang shg menumpahkan darah hanya krn berawal dari ucapan lisan yg kotor.

Ketahuilah bhw kotornya lisan adl refleksi dari kotornya hati, sedangkan kotornya hati dpt disebabkan krn banyak noda dosa yg tlh dilakukan. Ucapan yg kotor bila tlh terucap sulit utk menarik kembali ucapannya.

Ucapan yg kotor bisa berupa cacian, makian, umpatan, hinaan, fitnah, dusta & sumpah serapah. Sbg cerminan diri kita masing2 bila tdk ingin hati tersinggung & tersakiti maka jagalah perasaan orang lain dgn menjaga lisan.

Bila tdk mampu menyenangkan hati orang lain maka jgn membuat hatinya terluka. Mari melatih diri utk membiasakan berucap dgn ucapan yg baik atau ucapan nasehat yg terkandung da’wah.

Bila tdk mampu maka sebaiknya hemat bicara dari perkara yg sia2 & memperbanyak berzikir kpd Allah SWT.

Allah SWT berfirman, “Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu sekalian kpd Allah & katakanlah perkataan yg benar, niscaya Allah memperbaiki amalan2 mu & mengampuni dosa2 mu. Barangsiapa yg mentaati Allah & Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia tlh mendapat kemenengan yg besar.”(QS.Al-Ahzab :70-71).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Kamis, 19 Januari 2017

Isteri Durhaka Kepada Suami

#Keluarga Muslim : Isteri Durhaka Kepada Suami#

Pelajaran Hadist Hari Ini :

Selesainya dari shalat Kusyuf (Shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga & neraka yg diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Artinya : “Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita. Mereka bertanya, Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah? Beliau menjawab, Disebabkan kekufuran mereka. Ada yang bertanya kepada beliau, Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, (Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.”(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).

السلام عليكم ورحمة الله وبر كاته

Saudaraku seiman, Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membincangkan masalah rumah tangga muslim yakni durhaka isteri kpd suami.

Membangun mahligai rumah tangga mulai dari awal pernikahan diliputi oleh manis & pahitnya kehidupan. Perahu rumah tangga yg berlayar disambut oleh riak2 gelombak yg kecil hingga badai yg besar hingga kapal hendak karam dilautan.

Suami & isteri adl 2 insan lawan jenis yg memiliki latar belakang karakter & sifat yg berbeda. Tdk dpt saling menerima antara kelebihan & kekurangan masing2 terkadang menjadi pemicu keretakan dlm rumah tangga.

Didlm Islam kedudukan suami menjadi lahan surga ataupun bisa menjadi lahan neraka bagi isteri. Hadist diatas dgn tegas menjelaskan tentang mayoritas penduduk neraka adl wanita krn mrk durhaka thp suami & mengingkari kebaikan2nya.

Realitas kehidupan di era modern hari ini tdk sedikit kaum muslimin mengadopsi nilai2 kehidupan westernisasi Kapitalisme liberal diantaranya emansipasi & persamaan gender wanita. Atas nama persamaan gender mrk menuntut memiliki hak & persamaan dgn kaum laki2 dlm seluruh aspek kehidupan termasuk dlm berumah tangga, seolah2 hal ini menjadi era bagi para wanita modern utk tampil sejajar dgn laki2.

Tak heran sering timbul konflik dlm rumah tangga disebabkan faktor menuntut hak yg berlebihan. Didlm Islam hal yg demikian itu termasuk kedurhakaan krn hal semacam ini banyak sekali kita dapati dlm kehidupan keluarga kaum muslimin.

Ada jg didapati seorang istri yg mengingkari kebaikan2 suaminya selama sekian waktu yg panjang hanya disebabkan sikap atau perbuatan suami yg tdk cocok dgn kehendak sang istri. sebagaimana pepatah mengatakan, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.

Pd hal yg hrs dilakukan oleh seorang istri adl bersyukur atas kebaikan yg diberikan suaminya, janganlah ia mengkufurinya krn Allah tdk akan melihat kpd istri semacam ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW : Allah tdk akan melihat kpd wanita yg tdk mensyukuri apa yg ada pd suaminya & tdk merasa cukup dgn nya.”(HR.Nasa’i di dalam Al Kubra).

3 bentuk kedurhakaan isteri thp suami :

1. Durhaka dgn ucapan

2. Durhaka dgn perbuatan

3. Durhaka dgn ucapan & perbuatan.

Isteri yg berkata kasar thp suaminya, mencela & mencaci makinya adl termasuk durhaka dgn ucapan. Menolak ajakan suami memenuhi nafkah bathin adl durhaka dlm perbuatan. Termasuk bentuk kedurhakaan jg apabila seorang isteri membicarakan perbuatan suami yg tdk ia sukai kpd teman2 atau keluarganya tanpa sebab yg dibenarkan oleh syara’. Atau ia menuduh suaminya dgn tuduhan2 yg bermaksud utk menjatuhkan & merusak kehormatannya shg suaminya dipandang hina di mata orang lain.

Begitu jg apabila seorang isteri meminta atau di khulu’/dicerai tanpa sebab syar’i. Sungguh berat amanah menjadi seorang isteri dari seorang suami. Semoga para muslimah sbg isteri mau dibimbing, dinasehati & diarahkan oleh suaminya menjadi isteri yg soleha.

Wallahu a’lam

By ; Tommy Abdillah

Pantang Buruk Sangka dan Mengorek Aib

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Dzat Yang kepada-Nya segala urusan dan seluruh makhluk akan kembali. Hanya kepada Alloh kita menyembah dan memohon pertolongan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Alloh Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurot [49] : 12)

Saudaraku, kalau kita berprasangka buruk kepada Alloh maka pasti kita menjadi gelisah. Demikian juga jika kita berprasangka buruk kepada orang yang beriman, maka akan tidak enak hati kita. Nah, kalau hati kita sudah merasa gelisah, capek, gersang, maka segera sadari bahwa ada sesuatu yang salah.

Dan, pemicu rasa gelisah, tidak tenang, hati yang gersang juga adalah sikap mengorek-ngorek informasi, serba ingin tahu tentang diri orang lain. Apalagi jika kita sama sekali tidak punya kepentingan untuk mengetahuinya selain hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu semata. Ingin tahu aib atau kekurangan orang lain, kemudian membicarakannya dengan teman sembari berbisik-bisik. Sungguh tidak ada hak kita untuk melakukan itu. Inilah yang kemudian mengundang rasa resah dan tidak tenang menjerat hati kita.

Akan ada saatnya, kalau Alloh berkehendak kita mengetahui sesuatu, maka Alloh yang akan bukakan informasi itu kepada kita. Namun, bukan dengan jalan mengorek-ngorek urusan orang lain yang tidak hak kita untuk melakukannya. Alloh pasti tahu jika kita sudah berusaha berbaik sangka, tidak mengorek-ngorek aib orang lain, namun jika Alloh menghendaki agar kita mengetahuinya maka pasti Alloh yang akan membuka informasi itu dengan cara-Nya dan kita selamat dari burung sangka dan sikap memata-matai.

Marilah kita nikmati ketenangan dan kebersihan hati dengan cara tidak berburuk sangka dan tidak memata-matai orang yang bukan hak kita untuk melakukannya. Wallaahua’lambishowab.[]

 

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Rabu, 18 Januari 2017

BOBROKNYA HAM & DEMOKRASI

BOBROKNYA HAM & DEMOKRASI

Oleh: Arief B. Iskandar
Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan Danramil maka yang harus disalahkan adalah Ustadz. Sebab, kalau tidak, itu namanya diktator mayoritas. Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan minoritasnya Kristen. Namun, kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya…

“Agama” yang paling benar adalah demokrasi. Anti-demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaimana yang pro dan yang kontra demokrasi ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus-menerus oleh subyektivisme kaum non-Islam…

Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan previlese dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak dengan membaca al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad saw., melainkan dengan menilai dari sudut pandang mereka.

Maka dari itu, kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui apresiasi terhadap al-Quran, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia…

***

Paragraf di atas sengaja saya nukil dari sebuah kolom kecil Emha Ainun Nadjib, budayawan terkenal di Tanah Air. Lewat sindirannya yang tajam, ia seolah mengungkapkan kegeramannya terhadap praktik demokrasi yang sering bersikap tidak adil terhadap Islam dan kaum Muslim.

Di sisi lain, kita juga sering menyaksikan ketidakadilan terhadap Islam dan kaum Muslim atas nama HAM yang tercermin dalam beberapa contoh kasus berikut:

Jika ada sekelompok umat Islam mengobrak-abrik tempat-tempat mesum, mereka akan dianggap bertindak semena-mena dan melanggar HAM. Mereka layak dihukum. Sebaliknya, para pelacur dan lelaki hidung belang yang biasa mangkal di tempat-tempat maksiat itu tak tersentuh. Mereka dianggap tidak melanggar HAM. Yang wanita dibiarkan karena sekadar sedang mencari penghidupan. Mereka dipandang sedang bekerja hanya karena mereka diberi status sebagai “pekerja” seks komersial. Yang laki-laki pun tak diapa-apakan karena sekadar sedang mencari hiburan. Apalagi mereka telah membayar uang sekian kepada pengelola pelacuran, yang kebetulan dipajaki oleh Pemda setempat sebagai salah satu sumber pendapatan.

Ketika umat Islam menghujat kelompok sesat seperti Ahmadiyah atau al-Qiyadah al-Islamiyah, kaum liberal ribut sembari menuduh umat Islam tidak dewasa, tidak menghormati kebebasan dan melanggar HAM. Bahkan fatwa “sesat” MUI yang dinisbatkan kepada kelompok sesat itu mereka pandang sesat. Sebaliknya, ketika ada sekelompok umat Islam menyuarakan aspirasinya tentang perlunya Indonesia menerapkan syariah dan menegakkan Khilafah, atas nama kebebasan dan HAM pula kaum liberal mencap mereka sebagai musuh kebebasan, dan syariah yang diusungnya berpotensi melanggar HAM dan mengancam keragaman.

Demikianlah, atas nama HAM pelaku asusila dibela, sementara pelaku amar makruf nahi mungkar dicerca; para penoda kesucian agama Islam dibiarkan, sementara MUI yang berniat melindungi kehormatan Islam disalahkan. Atas nama HAM, pelaku perselingkuhan (perzinaan) dipandang wajar, sementara pelaku poligami dianggap kurang ajar; para para penolak pornografi-pornoaksi dicaci-maki, sementara para pelakunya dipandang pekerja seni. Atas nama HAM pula, para pejuang syariah dituduh memecah-belah, sementara para pengusung sekularisme dan liberalisme dianggap membawa berkah.

Itulah secuil gambaran tentang betapa bobroknya demokrasi dan HAM. Tak ada demokrasi meskipun itu mayoritas, asal yang mayoritasnya adalah Islam. Tak ada HAM walaupun terjadi pelanggaran hak asasi, asal pelanggaran hak asasi itu menimpa umat Islam.

***

Di samping jelas-jelas bobrok, demokrasi dan HAM juga nyata-nyata tidak jelas juntrungannya. Dalam demokrasi, katanya rakyat yang berdaulat. Faktanya, yang sangat adikuasa adalah para pemodal kuat. Ralph Nader, pada tahun 1972 menerbitkan buku, Who Really Runs Congress? Buku ini menceritakan betapa kuatnya para pemilik modal mempengaruhi dan membiayai lobil-lobi Kongres dalam pemerintahan Amerika Serikat. Adapun Hedrick Smith, lewat bukunya, The Powergame (1986), menegaskan bahwa unsur terpenting dalam kehidupan politik Amerika yang “demokratis” adalah: (1) uang; (2) duit; dan (3) fulus. Dengan begitu, benarlah apa yang diteriakkan oleh Huey Newton, pemimpin Black Panther, pada tahun 1960-an, “Power to the people, for those who can afford it (Kekuasaan diperuntukkan bagi siapa saja yang mampu membayarnya).”

Dalam tataran praktiknya, demokrasi juga menghasilkan sejumlah kerumitan. Sejak berdirinya pada tahun 1776, Amerika Serikat—sebagai kampiun demokrasi di dunia—memerlukan waktu 11 tahun untuk menyusun konstitusi, 89 tahun untuk menghapus perbudakan, 144 tahun untuk memberikan hak pilih kepada kaum wanita, dan 188 tahun untuk menyusun draf konstitusi yang “melindungi” seluruh warganegara (Strobe Talbott, 1997).

Bahkan setelah ratusan tahun hingga hari ini, demokrasi Amerika belum juga “rela” memberikan kursi kepresidenan kepada seorang wanita. Padahal demokrasi—katanya—menjunjung tinggi kesetaraan dan memberikan hak politik yang sama kepada laki-laki maupun perempuan.
Anehnya, dengan perjalanan masa lalu yang demikian kelabu serta masa kini yang penuh dengan ironi dan kontradiksi, Amerika dengan pongahnya memberikan kuliah tentang demokrasi—juga HAM—kepada negara-negara berkembang yang mayoritasnya negeri-negeri Islam. Lebih aneh lagi adalah para pemuja demokrasi dan HAM dari kalangan Muslim, yang tetap buta terhadap kebobrokan demokrasi serta menutup mata terhadap kebejatan negara adikuasa AS sebagai pengusung utamanya.

Benarlah Sir Winston Churchill (PM Inggris pada masa PD-II) yang pernah mengatakan, “Demokrasi bukanlah sistem yang baik; dia menyimpan kesalahan dalam dirinya (built-in-error).”

Wamâ tawfîqi illâ billâh. []

Jangan Ikuti Penilaian Manusia

Tausiyah Senja

Jangan Ikuti Penilaian Manusia

Assalamu’alaikum

Saudaraku seiman, Sikap & tindakan seseorang tdk terlepas dari penilaian orang lain. Apakah tindakan itu bersifat positif apalagi tindakan yg negatif.

Dimensi kepala manusia & warna rambutnya bisa sama tetapi corak & kapasitas kandungan otaknya berbeda-beda. Maka tak heran penilaian thp suatu objek yg sama akan menghasilkan perspektif yg berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh cara pandang & pola fikir yg berbeda-beda pula.

Kita msh ingat dgn kisah hikmah seorang anak & ayah naik keledai. Bagaimanapun sikap mrk akan selalu salah dlm penilaian manusia. Keledai dinaiki berdua salah, ayahnya yg menuntun keledai & anaknya yg naik keledai salah, anaknya yg menuntun & ayahnya yg menaiki keledai salah, keduanya berjalan kaki & keledai dituntun salah, pd akhirnya keledai digendong sekalipun msh akan salah juga.

Saran & nasehat tetap dibutuhkan tetapi bukan berarti mengikuti semuanya bila tdk sesuai dgn kebenaran.

Jangan hiraukan omongan & penilaian orang lain krn belum tentu penilaian itu baik serta benar dlm pandangan Allah SWT. Luruskan niat & kuatkan tekad utk melanjutkan apa yg tlh dicanangkan sebelumnya.

Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”(QS.Al-An’am: 116).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Merenungi Tiga Bagian Waktu

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Dialah Dzat Yang Maha Menciptakan, Maha Memelihara, Maha Mencukupi Rezeki seluruh makhluk. Sholawat dan salam semoga selau tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, sesungguhnya kita sedang berpacu dengan sisa umur. Urusan umur ini adalah urusan yang besar sehingga Alloh Swt. bersumpah dengan waktu. Waktu itu menghakimi kita, siapa yang menggunakan waktunya dengan baik, maka dia akan beruntung. Sedangkan siapa yang menggunakan waktunya dengan buruk, maka dia akan merugi.

Waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah kembali lagi meski itu hanya satu detik yang lalu. Waktu itu terdiri dari tiga; waktu yang sudah berlalu dan tak akan kembali tetapi akan menghakimi kita, waktu yang akan datang dan belum tentu ada bagi kita karena kalau ajal menjemput kita sekarang maka waktu yang akan datang bukan jatah kita. Selanjutnya adalah waktu saat ini yang sedang kita jalani.

Kegalauan atas masa lalu dan kegelisahan akan masa depan, jawabannya adalah pada saat ini. Yang telah berlalu sudah berlalu, tidak bisa berubah kecuali dengan cara pada saat ini kita memperbaiki diri. Yang lalu berlumuran dosa, maka pada saat ini kita bertaubat dan memperbaiki diri sehingga kita mendapat pertolongan Alloh, berkah dari taubat.

Kita khawatir akan masa depan, takut hidup suul khotimah, maka pada saat ini kita jalani hidup dengan penuh ketaatan pada Alloh Swt. Sehingga pelan namun pasti kita sedang meniti jalan menuju akhir hidup yang husnul khotimah.

Alloh Swt. berfirman, Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr [103] 1-3)

Saudaraku, demikianlah renungan kita mengenai tiga bagian waktu. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh yang beruntung, yaitu yang bisa memanfaatkan jatah waktu untuk senantiasa mendekat kepada Alloh Swt., sehingga kita bisa meraih husnul khotimah. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Selasa, 17 Januari 2017

Hukum Pidana Islam : Qishas Hukuman Yang Adil

Hukum Pidana Islam : Qishas Hukuman Yang Adil

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman,

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنثَىٰ بِالْأُنثَىٰ ۚ فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ ذَٰلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ (178) وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (179)} [البقرة : 178-179]

Artinya : Hai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yg dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba & wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yg mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yg memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yg diberi maaf) membayar (diat) kepada yg memberi maaf dengan cara yg baik (pula). Yg demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu & suatu rahmat. Barangsiapa yg melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yg sangat pedih.

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yg berakal, supaya kamu bertakwa.(QS.Al-Baqarah:178-179).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman,
Kejahatan pertama yg dilakukan oleh anak Nabi Adam ‘Alaissalam adl membunuh. Allah SWT tlh mengkisahkan didlm Al-Qu’ran Surat Al-maidah ayat 28-29 tentang kedengkian Qabil thp saudaranya Habil shg ia berani membunuh saudaranya sendiri. Kisah ini menjadi ibrah bagi orang2 yg beriman utk senantiasa menjaga & memelihara nyawa manusia.

Membunuh adl termasuk dosa2 besar yg membinasakan bagi pelakunya. Allah SWT berfirman,

{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء : 93]

Artinya : Dan barangsiapa yg membunuh seorang mukmin dgn sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya & Allah murka kepadanya, Dan mengutukinya serta menyediakan azab yg besar baginya.(QS..An-Nisa’ : 93).

Hidup diera modern dgn konsep aturan hidup berasal dari idiologi Kapitalisme yg sekuler & liberal jauh dari rasa aman & damai. Mengutip berita on line, Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta & sekitarnya, atau satu kejahatan tiap 10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dgn kekerasan 1.004 kasus & pencurian dgn pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun 2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat. (detikNews, 29/12/2013).

Kasus pembunuhan semakin sadis & kejam baik dilakukan dgn spontan maupun terencana, dilakukan secara sendiri maupun berkelompok hingga dimutilasi. Penegakkan hukum pidana memang berjalan akan tp hasilnya jauh dari keadilan bagi keluarga korban.

Salah satu ancaman delik hukum bagi pelaku pembunuhan adl : Pasal 338 KUHP : Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, krnpembunuhan, dgn pidana penjara paling lama 15 thn.

Sedangkan Pasal 340 KUHP : Barang siapa sengaja & dgn rencana lbh dahulu merampas nyawa orang lain diancam krn pembunuhan dgn rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 thn.

Hukum Pidana Islam

Allah SWT tlh menetapkan Syari’at-Nya bagi pelakuk kriminal. Sanksi dibagi menjadi 4 yaitu : Hudud, Jinayat, Ta’zir & Mukhalafah.

1. Hudud

Hudud adl sanksi atas kemaksiatan yg macam kasus & sanksinya tlh ditetapkan oleh syariah. Dlm kasus hudud tdk diterima adanya pengampunan atau abolisi. Sebab, hudud adl hak Allah SWT. Jika kasus hudud tlh disampaikan di majelis pengadilan, kasus itu tdk bisa dibatalkan krn adanya pengampunan atau kompromi.

Hudud dibagi menjadi enam: a. zina & liwath (homoseksual & lesbian); b. al-qadzaf(menuduh zina orang lain), c. minum khamr, d. pencurian, e. murtad, f. Hirabah atau bughat.

2. Jinayat

Jinayat adl penyerangan thp manusia. Jinayat dibagi dua:
1. Penyerangan thp jiwa (pembunuhan)

2. Penyerangan thp organ tubuh.

Kasus jinayat thp jiwa (pembunuhan), sanksinya ada tiga macam :

1. Qishash
2. Diyat
3. Kafarah.

Pembunuhan sendiri diklasifikasi menjadi empat jenis :

1. Pembunuhan sengaja
2. Mirip disengaja
3. Tidak sengaja
4. Karena ketidaksengajaan.

Pd kasus pembunuhan sengaja, pihak wali korban boleh memilih antara qishash ataumemaafkan dgn mengambil diyat, atau menyedekahkan diyatnya. Jika pelaku pembunuhan mendapatkan pemaafan, ia wajib membayar diyat sebanyak 100 ekor onta & 40 ekor di antaranya tlh bunting.

Sanksi pembunuhan mirip sengaja (syibh al-’amad) adl diyat 100 ekor unta & 40 ekor di antaranya bunting.

Adapun pembunuhan tdk sengaja (khatha’) diklasifikasi menjadi dua macam:
1. Seseorang melakukan suatu perbuatan yg tdk ditujukan utk membunuh seseorang, namun tanpa sengaja ternyata mengakibatkan terbunuhnya seseorang. Misalnya, ada orang memanah burung, namun terkena manusia hingga mati.

2. Seseorang yg membunuh orang yg dikiranya kafir harbi di dâr al-kufr, tetapi ternyata orang yg dibunuhnya itu tlh masuk Islam. Pd jenis pembunuhan pertama, sanksinya adl membayar diyat 100 ekor unta & membayar kafarah dgn cara membebaskan budak. Jika tdk memiliki budak, pelaku hrs berpuasa selama 2 bulan berturut2.Dalam kasus kedua, sanksinya adl membayar kafarah saja & tdk wajib diyat.

Sanksi utk pembunuhan krn ketidaksengajaan adl diyat 100 ekor onta dan membebaskan budak. Jika tdk ada budak, wajib berpuasa selama 2 bulan berturut2.

Adapun jinayat thp organ tubuh, baik thp organ tubuh maupun tulang, sanksinya adl diyat. Tdk ada qishash utk penyerangan thp organ tubuh maupun tulang secara mutlak, kecuali pd kasus penyerangan terhadap gigi & kasus jarh (pelukaan di badan).

Hanya saja, kasus penyerangan gigi atau jarh bisa saja dikenai diyat. Lalu kapan pada kasus penyerangan thp gigi dikenai qishash & kapan dikenai diyat saja? Menurut fukaha, jika penyerangannya secara sengaja, dikenai hukuman qishash; sedangkan jika tdk sengaja, dikenai diyat yg besarnya tlh ditetapkan di dalam As-Sunnah. Jika orang yg dilukai tdk meminta qishash, pelaku penyerangan hanya wajib membayar diyat. Dlm kasus penyerangan pd kepala (asy-syijaj), sanksinya hanyalah diyat & tdk ada qishash.

(Ref : Syaikh Dr.Abdurrahman Al-maliki, KitabNizham al-’Uqubat (Sistem Hukum Pidana Islam).

Penutup

Cukup jelas bagi kita bhw Syari’at Allah SWT bila ditegakkan akan mewujudkan keadilan bagi kehidupan manusia. Sangat disayangkan saat ini hukum2 Allah SWT yg terkait dgn hudud & qishas dipeti eskan,. Dgn berbagai macam argumentasi yg jauh dari keimanan dinyatakan,
seolah2 hal ini tdk menjadi kewajiban bagi orang2 yg beriman. Pd hal hukum asal perintah Allah SWT adl wajib. Sementara bila kewajiban itu tdk ditunaikan maka kaum muslimin akan berdosa.

Sistem Demokrasi Sekuler tdk akan pernah mengakomodir penerapan Syari’at Islam secara kaffah termasuk menerapkan hukum hudud. Syari’at Islam hanya bisa diterapkan dlm bingkai Khilafah Islam sesuai dgn manhaj kenabian.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

NILAI KETAATAN ISTERI KEPADA SUAMI

Oleh: KH. Hafidz Abdurrahman, MA (Khadim Ma’had Syaraful Haramain)

Teruntuk istriku tercinta Bunda Niswa dan untuk pada wanita yg sdh dan akan menjdi seorang istri

Suatu ketika Rasulullah saw. melihat Fatimah r.a, puteri tercintanya itu sedang menggiling gandum sambil menangis. Rasulullah pun menghampirinya, seraya bertanya mengapa dia menggiling gandum sambil menangis. Dengan terbata-bata, Fatimah menuturkan kepada ayahandanya, bahwa pekerjaan menggiling gandum dan semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya setiap hari membuat dirinya bosan. Makanyanya ia menangis.

Mendengar cerita puteri kesayangannya itu Nabi saw. pun segera mengambil penggilingan gandum tersebut sambil mengucapkan Bismillah. Ajaibnya, atas izin Allah SWT tiba-tiba penggilingan gandum itu berputar sendiri. Lalu terdengar dari penggilingan yang terbuat dari batu itu BERTASBIH sambil menggiling gandum yang dilemparkan Rasulullah saw. Tak begitu lama penggilingan itu berputar, Rasulullah saw. memintanya berhenti. Atas izin Allah SWT seketika penggilingan itu pun berhenti sendiri. Allahu akbar..

Nabi saw. pun menoleh ke arah Fatimah, puteri tercintanya itu seraya bersabda, “Jika Allah menghendaki, penggilingan itu akan berputar sendiri untuk puteri-Ku. Tapi itu terjadi karena Allah menghendaki beberapa kebaikan yang ditulis dan beberapa kesalahan yang dihapuskan dari Fatimah dan dinaikkan-Nya untuk puteri Nabi itu beberapa derajat lebih tinggi.”

Nabi saw. pun tak lupa menyelipkan nasehat kepada putrinya, Fatimah, dengan menjelaskan beberapa kebaikan (pahala) yang bakal diperoleh setiap wanita (isteri), jika dia ikhlas dengan penuh kesabaran menjalankan tugas dan tanggung jawab kehidupan rumah tangganya. Nabi mengingatkan, “Jika seorang wanita melayani suaminya sehari semalam dengan baik, tulus, ikhlas serta dengan hati yang benar, Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji dan umroh.” (Hr. Abu Daud)

Rasulullah saw. bersabda kembali, “Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian isteri menyambutnya dengan senyuman, dan bersegera mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum kedua tangan mereka dilepaskan.” (Hr. Abu Daud)

Allahu Akbar..
Subhanallah, walhamdulillah, betapa mudah jalan menuju surga bagi seorang isteri. Betapa mudah bagi seorang isteri mendapatkan ridha suaminya. Dengannya ridha Allah pun ia dapat.

Pesan Nabi kepada puterinya:

“Fatimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.”

“Fatimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.”
“Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.”

“Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.”

“Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.”

“Fathimah, bila wanita mengandung, malaikat akan memohonkan ampunan untuknya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit saat akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Mujahidin di jalan Allah. Jika dia melahirkan, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila dia meninggal saat melahirkan, dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Di dalam kubur akan mendapat taman indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah akan memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.”

“Fatimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.”
“Fatimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.”

“Fatimah, tidaklah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.”

“Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman surga. Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.”

Begitulah, nilai ketaatan isteri kepada suaminya. Pengorbanan yang diberikannya tak akan sia-sia.

Semoga keluarga kita dihiasi dengan wanita-wanita mulia penghuni surga seperti Fatimah, yang akan dikumpulkan oleh Allah, di dunia dan akhirat. Aamiin..

Berat Menerima Nasehat

Tausiyah Senja

Berat Menerima Nasehat

Assalamu’alaikum

Saudaraku seiman, Nasehat kebaikan agama itu indah tp tak seindah bagi orang yg menerima nasehat.

Baginya nasehat adl untaian kata yg menyakitkan hati & perasaan. Apalagi yg menyampaikan nasehat bukanlah orang yg terpandang yg memiliki status sosial dlm pandangan manusia.

Sebenarnya nasehat yg ikhlas dari hati sanubari yg dalam adl seteguk air yg dpt menghilangkan rasa dahaga ditengah padang pasir yg luas atau bagaikan secercah sinar lilin ditengah kegelapan malam yg menerangi ruangan.

Manusia sbg makhluk Allah memiliki tempat salah & lupa. Disinilah peran penting & kedudukan nasehat bagi manusia dpt meluruskan yg bengkok & mengingatkan bagi yg lupa.

Nasehat dpt keluar dari lisan ikhlas siapa saja mulai dari seorang anak kecil, orang awam, kaum intelektual hingga para alim ulama.

Esensi nasehat adl isi kandungannya bukan siapa yg menyampaikannya. Orang yg mampu menerima nasehat adl orang yg bijak yg sadar akan kesalahan & kealpaannya.

Sedangkan orang yg sulit menerima bahkan menolak nasehat adl orang sombong sebab hakekat kesombongan adl menolak kebenaran & merendahkan manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Agama itu nasihat. Kami pun bertanya, Hak siapa (nasihat itu)?. Beliau menjawab, Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin).”(HR.Muslim).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

menyikapi bully-an yang datang dari teman non muslim disosmed

Assalamu’alaikum ustadz, afwan mau bertanya. Bagaimana menyikapi bully-an yang datang dari teman non muslim disosmed tadz terkait status dan apa-apa yang di share menyeru ke Islam ? Apalagi belakangan ini perpecahan antar ummat beragama sangat terasa.

Hamba Allah di Pematang Siantar – SUMUT

Jawab

Wa ‘alaikumsalam Wr.wb, Ukhti yg dirahmati Allah SWT. Seseorang yg tlh bersyahadat bhw tdk ada Ilah atau Tuhan yg berhak utk disembah selain Allah SWT & Rasulullah Muhammad SAW adl Nabi & Rasul-Nya maka ia menjadi seorang mukmin. Orang yg tlh menyatakan dirinya beriman kpd Allah SWT maka ia akan diberi ujian oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman,

Artinya : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?.(QS.Al-Ankabut:2).

Ujian keimanan seorang hamba berbeda2 sesuai dgn kadar keimanannya. Semakin kuat imannya maka semakin berat ujiannya. Demikian dgn sebaliknya.

Diantara ujian keimanan adl mendapatkan pertentangan & perlawanan dari orang kafir baik orang Yahudi maupun Nashrani. Tabiat mrk dari sejak zaman Nabi. Muhammad SAW adl mencaci maki, mencerca, menghina & mencari2 kelemahan agama Allah yg mulia ini.

Tujuan mrk adl tdk menerima bhw agama Islam adl agama penyempurna dari ajaran2 agama samawi & Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan dari kalangan mrk sendiri. Lbh jauh dari itu mrk melakukan kedengkian & kebencian kpd kaum muslimin agar kaum muslimin mengikuti agama mrk. Allah SWT berfirman,

Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.(QS.Al-Baqarah:120).

Sikap seorang mukmin didlm menghadapi celaan & cacian orang2 kafir adl berusaha utk berdiskusi & berdebat dgn mrk dgn cara yg bijak & penuh hujjah yg kuat shg mrk bisa mendapatkan kebenaran.
Allah SWT berfirman,

{ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [النحل : 125]

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS.An-Nahl:125).

Disamping itu hrs meningkatkan iman, amal soleh & kesabaran sbg bentuk antisipasi fitnah akhir zaman siap utk menghadapi mrk dgn Jihad Fii Sabilillah sebab orang2 kafir dari sejak dahulu bisa berbuat apa saja thp orang2 beriman termasuk berbuat perang fisik sebagaimana terjadinya perang Salib selama 200 tahun.

Rasulullah SAW bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

Artinya : “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yg berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR.Tirmidzi no. 2.260).

Wallahu a’lam

Senin, 16 Januari 2017

Mewaspadai Kebangkitan Ideologi Komunisme

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman,

{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (22)} [البقرة : 21-22]

Artinya : “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang -orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu -sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”(QS.Al-Baqarah:21-22).

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Saudaraku seiman, Masyarakat Indonesia msh memiliki trauma sejarah kelam tentang sepak terjang politik Partai Komunis indonesia (PKI). Sejarah mencatat dgn rapi kekejian aktivis komunisme thp pelanggaran hak asasi manusia demi mencapai tujuan revolusi puncaknya pd peristiwa G30 S PKI thn 1965.

Tdk tercatat dgn pasti jumlah korban kekejaman komunisme mulai dari masyarakat awam, alat negara hingga para Ulama. Perkembangan gerakan komunisme di Indonesia tidak terpaut jauh dgn awal kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Tepatnya pd masa pemberontakan Muso pada tanggal 18 September 1948 di Madiun Jawa Timur.

Setelah sekian lama gerakan komunisme dibungkam dgn keluarnya TAP MPRS No. XXV/1966 yg menyatakan PKI sebagai Partai & organisasi terlarang. Kini ide sosialisme & komunisme mulai menggeliat bangkit menunjukkan eksistensi dirinya sbg sebuah ideologi marxisme.

Setidaknya terdapat 4 indikasi fenomena kebangkitan ideologi komunisme di Indonesia.

1. Adanya tuntutan pihak yg mengatas namakan keturunan PKI agar negara meminta maaf kepada PKI akibat peristiwa 1965.

2. Pemerintah diminta mengusut kuburan massal anggota PKI pd 1965. Kuburan ini diklaim menjadi bukti adanya pembantaian yg terstruktur.

3. Maraknya penyelenggaraan seminar, diskusi, serta pertemuan2 yg digagas & dilaksanakan oleh pihak yg mengatas namakan simpatisan atau pembela hak asasi manusia PKI.

4. Maraknya simbol, logo & hal ihwal yg berhubungan dgn PKI. Belum lagi terkait dgn ramainya informasi di media sosial terkait dgn proyek2 besar pemerintah yg dimenangkan oleh perusahaan2 negara Komunis China & tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok yg membanjiri Indonesia.

Sekilas Sejarah Komunisme

Ideologi Komunisme & sosialisme pd dasarnya muncul sbg bentuk penolakan dari kapitalsime krn kapitalisme tlh berimplikasi buruk thp nasib buruh di Eropa pd abad ke-19. Pencetus ide Komunisme adalah Karl Marx (1818-1883), ia merumuskan teori mengenai Dialektia materialisme kemudian ia menggunakan teori ini utk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yg ia sebut dengan dengan materialisme historis yaitu bahwa kapitalisme akan runtuh oleh revolusi yg digerakkan kaum proletar utk membuka jalan terwujudnya masyarakat sosialis-komunis.

(Ref : Syamsudin Ramadhan, Koreksi Total Sosialisme Komunisme Marhainisme hal 2).

Dasar pijakan faham Sosialisme-Komunisme adalah filsafat materialisme. Mrk memandang bahwa alam semesta, manusia & kehidupan adl materi. Materi adl asal sesuatu. Evolusi materi akan mengeksistensikan materi yg lain atau mereka menerangkan bhw materi itu tercipta krn proses dialektika dalam materi yg mengikuti hukum : Thesa-antithesa-sinthesa-pelenyapan-menjadi.

Contoh teori ilmiah tentang air (H2O) : Dlm rumus kimia air terdapat 2 buah ikatan kovalen antara O-H. Dlm struktur molekul air, atom oksigen pada elektron ikatan jauh lbh kuat dari pd yg dilakukan oleh atom hidrogen, hal ini menyebabkan jumlah muatan positif pd kedua atom hidrogen & jumlah muatan negatif pada atom oksigen.

Begitu jg terjadinya proses penciptaan manusia terdiri dari sperma & ovum yg memenuhi jumlah 46 kromosom. Dgn demikian mrk menganggap bhw materi adl azali atau tdk bisa hancur bahkan materi itulah yang mengeksistensikan Tuhan yg imajiner. Bahkan Komunisme memandang bhw agama adl candu bagi manusia.

Komunisme Bertentangan Dgn Aqidah Islam

Islam memandang bhw dibalik alam semesta, kehidupan & manusia ada yg menciptakan yakni Allah SWT selaku Al-khaliq (maha pencipta) & Al-mudabbir (maha pengatur). Materi bukanlah azali, benar bhw interaksi antar materi akan menimbulkan materi yg baru akan tapi sekedar interaksi antar materi saja tdk otomatis mewujudkan materi yg lain & tdk sepenuhnya kemudian dibarengi dengan pelenyapan sifat dari materi2 awal.

Terkait dgn contoh teori unsur air oksigen & hidrogen tdk lah lenyap sama sekali tp lbh tepatnya adl interaksi yg kokoh antara oksigen & hidrogen yg ketika keduanya terangkai dgn aturan2 baku membentuk 2 hidroksi oksigen yaitu air. Mengapa demikian? Bukankah oksigen & hidrogen bisa diambil kembali dgn jalan memutus ikatan hidrogen dgn oksigen?

Dgn demikian pd hakekatnya ia tdk lenyap sama sekali krn baik oksigen maupun hidrogen dpt diperoleh kembali dgn memecah ikatan 2 hidroksi oksigen tsb.

Pertanyaannya bagaimana kemunculan aturan ini & siapakah yg menciptakan hukum perbandingan ini? Apakah muncul dgn tiba2? Siapa yg menciptakan materi awal? Inilah pertanyaan yang mustahil dijawab dengan jawab kebetulan atau tiba-tiba. Namun mutlak dijawab Dialah Allah SWT.

Ideologi komunisme adl sesat lagi bathil krn bertentangan dgn akal sehat meskipun dianggap rasional tapi hakekatnya irrasional. Komunisme jg bertentangan dgn fitrah manusia & tdk dpt menimbulkan ketenangan serta ketenteraman hidup bagi manusia. Kesesatan Komunisme terbukti dgn runtuhnya negara Uni Soviet yg menerapkannya.

Mewaspadai Kebangkitan Komunisme

Secara natural karakter dari sebuah ideologi senantiasa menjaga & mempertahankan eksistensi ide & metodenya serta berupaya utk menyebar luaskan pengaruh ideologinya ke seluruh dunia shg ia menjadi negara ideologi yg kuat & berpengaruh.

Paska berakhirnya perang dingin antara Amerika serikat dgn Uni Soviet tahun 1991 yg dimenangkan oleh AS maka sejak saat itu pengaruh negara Komunis dlm konstelasi politik internasional meredup.

Meskipun demikian bangsa Indonesia mesti mewaspadai kebangkitan ideologi komunisme dgn mengambil kebijakan2 strategis diantaranya : melarang berdirinya setiap organisasi yg berasakan sosialisme-komunisme, menindak tegas dgn penegakkan hukum bagi kelompok & individu yg terlibat dlm pergerakan komunisme, membina individu maupun masyarakat melalui aktivitas dakwah Islam ideologis sebagai bentuk tindakan preventif & proteksi dini agar tidak tumbuh & berkembangnya ideologi komunisme, meningkatkan kepedulian bagi setiap individu utk mencegah berkembangnya ideologi komunisme & yg terpenting adl memutuskan hubungan bilateral dgn negara komunisme.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

 

Kamis, 12 Januari 2017

Setiap Masalah Pasti Bersama Jalan Keluarnya

Saudaraku, Allah Swt memberikan segala sesuatu secara tepat kepada kita. Termasuk ketika Dia memberikan ktia persoalan atau masalah, selalu hadir lengkap dengan jalan keluarnya.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Tidak akan berhenti ujian kesusahan dan penderitaan terhadap seorang mu’min dan mu’minat, baik yang menimpa dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun hartanya, sehingga ia menemui Allah, meninggal dunia dalam keadaan tidak membawa satu dosa pun.” (HR. Tirmidzi).  

Demikianlah hikmah datangnya ujian dan kesulitan yang datang menimpa kita. Adakalanya manusia diuji oleh Allah Swt secara terus-menerus atau bertubi-tubi. Hal itu tiada lain adalah akan mengurangi dosa-dosanya. Adapun makna dari hadits di atas adalah bahwa ketika seseorang ditimpa ujian demi ujian hingga tiba waktunya ia meninggal dunia, maka ketika itu ia meninggalkan dunia dalam keadaan bersih dari noda-noda dosa.

Jangan salah sangka atau berprasangka buruk ketika kesulitan hidup atau ujian datang menimpa kita. Kita menilai bahwa ujian itu adalah kepahitan, karena kita menggunakan hawa nafsu saat menilainya. Ingatkah kita pada kisah seorang laki-laki yang telah berbuat zina di zaman Rasulullah Saw?

Laki-laki itu datang menghadap kepada Rasulullah Saw menyampaikan perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Laki-laki itu mengakui kesalahannya dan meminta kepada Rasulullah Saw agar dihukum sesuai dengan hukum Islam yaitu hukuman rajam. Laki-laki itu benar-benar meminta agar Rasulullah Saw menunaikan hukuman itu terhadapnya.

Mengapa laki-laki ini sedemikian memintanya kepada Rasulullah Saw? Hal itu ia lakukan karena ia tahu bahwa itulah hukuman yang bisa menebus dosa yang telah dilakukannya sehingga ia terbebas dari hukuman berkepanjangan di akhirat. Ini adalah bentuk pertaubatan laki-laki tersebut kepada Allah Swt. Seandainya taubatnya itu dibagikan kepada seantero penduduk kota Madinah, maka akan masih banyak tersisa melampaui seluruh penduduk yang ada.

Mengapa laki-laki ini sedemikian siap menghadapi hukuman tersebut? Tiada lain adalah karena ia lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Ia lebih mengutamakan keselamatan di akhirat ketimbang keselamatan di dunia. Karena setiap orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, ia akan berat menjalani kehidupan ini. Sedangkan orang yang tujuannya adalah akhirat, insya Allah kehidupan dunia ini akan terasa mudah dan ringan.

Allah Swt Maha Tepat Tindakan-Nya. Termasuk ketika ujian Dia turunkan kepada manusia. Ujian diturunkan-Nya secara tepat. Bahkan, ujian itu Allah Swt turunkan kepada hamba-Nya dengan tujuan untuk meninggikan derajatnya. Ada suatu derajat yang tidak bisa digapai oleh manusia kecuali dengan ujian dari Allah Swt.

Dalam satu hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya seseorang yang akan diberi kedudukan tinggi di sisi Allah, sedangkan ia tidak dapat mencapai kedudukan itu dengan amalnya, maka Allah akan terus menerus mengujinya dengan kesusahan dan kesulitan yang tidak disukainya. Sehingga ia dapat menggapai kedudukan tersebut.” (HR. Abu Ya’la).

Betapa Allah Swt sayang kepada kita. Allah bermaksud mengembalikan kita kepada-Nya dalam keadaan bersih dari noda dosa dan derajat atau kedudukan yang tinggi. Ketika ada seorang hamba yang derajat di hadapan-Nya biasa-biasa saja, maka ia akan dipacu agar menggapai derajat yang lebih baik lagi dengan cara diberikan ujian kepadanya. Ujian-ujian tersebut berbagai macam bentuknya. Misalnya adalah tiba-tiba dibenci, dicaci, dimaki dan dijauhi oleh orang lain.

Orang yang akan meraih kedudukan atau derajat yang lebih tinggi saat ditimpa ujian memiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu cirinya adalah sikapnya yang tetap tenang. Ini adalah pengalaman yang paling mahal. Ini tanda bahwa ia adalah pecinta akhirat. Sedangkan pecinta dunia, ketika ia ditimpa ujian, maka ia akan panik, resah, putus asa dan berusaha mencari perlindungan kepada sesuatu atau makhluk, bukan kepada Allah Swt.

Tidak jarang kita menemukan orang yang menjadikan dukun atau tukang ramal sebagai tempat pelarian mereka saat ditimpa kesulitan atau ujian hidup. Ia tunggang langgang mencari pertolongan kepada sesama makhluk dan lupa pada Allah Swt Yang Maha Memberi pertolongan.

Orang pencinta dunia akan sedemikian rupa meminta pertolongan kepada makhluk. Padahal orang yang dimintai pertolongan pun dililit banyak persoalan di dalam hidupnya. Ia tidak meminta pertolongan kepada Dzat Yang memberinya kehidupan dan memberinya persoalan. Padahal Dialah Dzat Yang kuasa memberikan jalan keluarnya. Dialah Allah Swt.

Ketika Allah Swt memberikan ujian persoalan hidup kepada kita, sungguh Allah telah mengukur dengan sangat tepat ujian tersebut sehingga sesuai dengan kadar kemampuan kita untuk menghadapinya. Semua tentang diri kita, Allah Swt telah mengetahuinya. Allah Swt mengetahui kekuatan yang kita miliki. Allah Swt pun mengetahui seberapa berat ujian yang diberikan-Nya kepada kita. Segalanya sudah terukur oleh Allah Swt secara tepat.

Allah Swt berfirman,

Ÿ“..Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya..” (QS. Al Baqarah [2]: 233).

Adapun ketika kita merasakan penderitaan atas ujian-Nya, itu bukanlah disebabkan karena Allah Swt keliru mengukur kadar kemampuan kita dan kadar ujian-Nya itu. Kita menderita karena kita salah menyikapi ujian tersebut. Kita menderita karena kita selalu tidak merasa puas dengan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita. Sehingga apa yang telah dimiliki malah menjadi penderitaan. Padahal tidaklah mungkin Allah Swt salah alamat ketika memberikan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya.

Ketika kita sekolah dahulu. Kita menghadapi ujian kenaikan kelas yang sesuai dengan kadar keilmuan kita saat itu. Dan ujian-ujian tersebut selalu telah siap dengan jawaban-jawabannya. Tidak mungkin soal hadir tanpa ada jawabannya. Demikian juga dengan ujian hidup yang kita hadapi. Allah Swt memberi kita ujian sesuai dengan kadar kemampuan kita. Dan, Allah Swt memberikan ujian hidup kepada kita secara lengkap dengan jawaban-jawabannya. Hanya saja, hawa nafsu seringkali membuat kita menjadi buta untuk bisa menemukan jawaban-jawaban itu.

Sungguh, tidak ada yang sulit di dalam hidup ini. Kecuali kesulitan itu adalah sikap kita yang tidak menerima ketentuan-Nya. Padahal di dalam Al Quran Allah Swt telah menjelaskan,

“..Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah [2]: 216).

Bolehkah kita memiliki keinginan? Tidak ada yang melarang kita memiliki keinginan. Punya keinginan adalah salah satu tabiat alami kita sebagai manusia. Akan tetapi, hendaklah keinginan kita itu adalah hal-hal yang disukai oleh Allah Swt. Karena masalahnya adalah kita seringkali maksa, ngotot, mendapatkan apa-apa yang tidak disukai oleh-Nya. Bahkan jika pun berdoa, kita tetap saja memaksa kepada-Nya, seolah tidak yakin bahwa apa yang disukai-Nya bukanlah hal yang baik untuk kita.

Jika kita mau sejenak melihat ke dalam diri kita sendiri, maka kita akan saksikan bahwasanya keinginan-keinginan kita itu lebih dekat kepada hawa nafsu. Jika kita diberikan pilihan antara dipuji dengan dicaci, manakah yang akan kita pilih? Tentu kebanyakan kita akan memilih untuk dipuji. Kita senang sekali menerima pujian dan sanjungan. Padahal jika sekali lagi kita melihat diri secara jujur, apakah diri kita ini lebih pantas dipuji ataukah lebih pantas dicaci?!

Kita selalu ingin dipuji dan dihormati, padahal sesungguhnya diri kita ini tidak pantas menerima pujian dan penghormatan. Jikapun kita memang dipuji dan dihormati oleh orang lain, itu hanya karena Allah Swt menutupi aib atau kejelekan kita saja di hadapan orang lain. Allah Swt menutupi bekas-bekas kemaksiatan, dosa, keburukan yang kita lakukan sehingga tidak diketahui oleh orang lain. Jika mau jujur, sungguh kita tidak pantas menerima penghormatan dan pujian.

Tidak perlu kita merasa dendam pada orang yang berbuat dzalim terhadap diri kita. Karena sesungguhnya Allah Swt sudah memiliki perhitungan sendiri terhadap perbuatannya. Sikap dendam justru malah akan melahirkan dampak tidak baik terhadap diri kita sendiri. Hati menjadi resah, gelisah, dan tidak tenang setiap kali mengingat perbuatannya. Pasrahkanlah semua pada Allah Swt. Kesabaran kita menghadapi perbuatannya akan berbuah kebaikan untuk kita. Sementara kedzaliman pasti akan mendatangkan akibat pada pelakunya. Tidak akan meleset.

Apabila Allah Swt hendak memuliakan seseorang, maka tidak akan ada yang bisa mengalang-halanginya. Demikian juga apabila Allah Swt berkehendak mengambil kemuliaan seseorang, maka tidak akan ada yang kuasa menahannya untuk menjadi hina.

Allah Swt berfirman,

“Katakanlah, “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 26).

Bukanlah hal yang penting dihina atau dibenci oleh manusia. Terlebih lagi jika alasan kebencian dan hinaan mereka adalah karena kita menjaga diri untuk tetap berpegang teguh kepada Allah Swt. Selama kita tetap teguh kepada Allah, pasti Dia memberi kita ketenangan, meski manusia menghujani kita dengan serangan hinaan dan kebencian.

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

wanita yg sudah dikhitbah, tapi memutuskan khitbah

Asslamualaikum Wr.wb
Ustadz bagaimana adabnya bagi wanita yg sudah dikhitbah, tapi memutuskan khitbah karena ada ikhwan yg lebih baik lagi agamanya datang meminang (mengkhitbah)?

Dari Akhwat – Medan

Wa ‘alaikumsalam Wr.wb.

Ukhti yg dirahmati Allah SWT. Khitbah adl melamar seorang wanita utk dinikahi oleh seorang pria. Khitbah merupakan salah satu tuntunan Sunnah Rasulullah SAW sebelum aqad nikah terjadi. Hal ini dimaksudkan utk melihat & memastikan seorang wanita yg hendak dinikahi.
Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوْهُ إِلَى نِكَاحِهَا، فَلْيَفْعَلْ

Artinya : “Apabila seseorang di antara kalian ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa melihat apa2 yg dapat mendorongnya utk menikahinya maka lakukanlah.(HR.Ahmad).

Seorang wanita muslimah yg tlh dikhitbah oleh seorang pria mukmin dilarang utk dikhitbah oleh pria mukmin yg lainnya sebelum adanya keputusan pembatalan dari pria mukmin yg sdh melamar nya. Rasulullah SAW bersabda,

نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيْعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ، حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ.

Artinya : Nabi SAW melarang seseorang membeli barang yg sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yg tlh dipinang sampai orang yg meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.”(HR.Bukhari-Muslim).

Khitbah bukanlah aqad pernikahan shg bisa memungkinkan utk dibatalkan baik dari pihak pria yg melamar atau dari pihak wanita yg dilamar. Bila seorang muslimah hendak membatalkan khitbah seorang mukmin pria krn disebabkan adanya pria mukmin yg lain yg lbh baik dari sisi agamanya maka hukumnya adl boleh. Kebolehan ini menjadi bagian hak pilihan seorang wanita utk menentukan calon suaminya.

Memang sebagian ulama menghukuminya dgn makruh krn adanya pembatalan janji utk menikah dgn seorang pria mukmin.

Wallahu a’lam

Selasa, 10 Januari 2017

Bersyukur Dengan Masalah

Tausiyah Senja

#Bersyukur Dengan Masalah#

Assalamu’alaikum,

Saudaraku seiman, Menjalani kehidupan ini memang penuh dgn onak & duri. Pepatah Minang mengatakan : “Jauah bajalan banyak diliek, lamo hiduik banyak diraso.” Artinya semakin jauh menempuh perjalanan maka semakin banyak pula yg diperhatikan. Semakin lama menjalani kehidupan maka beragam masalah tlh dirasakan

Adakalanya kita perlu menangis agar kita tahu bhw hidup ini tak hanya tertawa. Adakalanya kita perlu tertawa ringan agar kita tahu mahalnya nilai air mata. Bersyukurlah kpd orang yg menyakitimu karena dia yg membuatmu selalu tabah. Bersyukurlah kpd orang yg tlh mengacuhkanmu karena dia yg menjadikanmu berdikari. Bersyukurlah kpd yg tlh menjatuhkanmu krn dia yg tlh menguji kemampuanmu. Bersyukurlah kpd orang yg tlh mendzholimu krn dia yg tlh menguji kesabaranmu.

Dibalik kesulitan akan ada kemudahan, dibalik kesedihan akan ada kebahagiaan & dibalik masalah hidup akan ada pelajaran sangat berharga yg tak dpt dinilai dgn uang.

Allah SWT berfirman, “Atau siapakah yg memperkenankan (doa) orang yg dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yg menghilangkan kesusahan.” (QS.An-Naml: 62).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Bersabar Itu Atas Musibah, Bukan Atas Kedzaliman

Bersabar Itu Atas Musibah, Bukan Atas Kedzaliman

By: Ust. @FelixSiauw

“Jangan panik, saat BBM naik, Allah sudah mengatur rezeki pada hamba-Nya”

“Tenang saja, Allah tidak akan menimpakan beban lebih daripada yang mampu kita tanggung”

Kita tentu menemui pernyataan serupa diatas, terlepas apapun maksudnya, kita coba menangkap baik sajalah. Maksudnya mungkin, kenaikan BBM ini sudah terjadi, yang berlalu ya sudah, yang penting bagaimana kita menyikapinya

Namun, sebagai seorang Muslim, kita pun khawatir ada pemahaman yang salah mengenai konsep rezeki yang dicampuradukkan pemahamannya dengan konsep dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar, khawatir dengan logika semisal ini ummat jadi berpikir seperti kaum fatalis jabariyyah atau murji’ah yang menganggap bahwa kemunkaran dan kedzaliman pun sudah ditakdirkan Allah

Pertama, keyakinan seorang Muslim terhadap jatah rezeki tentu bagian daripada keimanan, bahwa bila dia masih hidup, maka Allah pasti akan mencukupinya, pasti masih ada jatah perutnya. Ini bagian keyakinan yang harus dimiliki oleh seorang Muslim, karena dalam Al-Qur’an Allah hanya menisbatkan rezeki pada diri-Nya yang menanggungnya.

Namun berbeda dengan menyikapi kemunkaran, ini pun bagian daripada kewajiban kaum Muslim yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, termasuk menasihati pemimpin, ini adalah bagian daripada perintah agama

“Rasulullah bersabda, “Agama adalah nasihat”, kami bertanya : “Bagi siapa?” Rasulullah menjawab : “bagi Allah, bagi kitabNya, bagi Rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum Muslimin dan kaum muslimin pada umumnya” (HR Muslim)

“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang dzalim” (HR Abu Dawud)

Artinya saat kita menasihati penguasa bahwa kenaikan BBM ini adalah kedzaliman dan bertentangan dengan cara Islam mengatur sumberdaya alam, dan menyusahkan ummat, bukan berarti kita tidak beriman dengan rezeki Allah, namun melaksakan sebagaian kewajiban dari Allah dan Rasulullah, yaitu menasihati penguasa.

Maka dalam konteks kenaikan BBM lalu meminta agar rakyat beriman pada takdir Allah, agaknya kurang pas. Karena hal ini akan diterima sebagai “menerima kedzaliman” bukan “menerima takdir”, karena yang harus dilakukan tatkala melihat kemunkaran hanya 3 hal: 1) mengubah dengan tangan (kekuasaan), 2) menasihati dengan lisan, atau 3) mengingkari dengan hati.

Inilah jalan para salafus salih saat menghadapi kemunkaran
Maka mendiamkan kemunkaran padahal kita tahu dan mampu untuk menyampaikan dakwah adalah perbuatan yang tidak dicontohkan para sahabat dan ulama salaf.

Hanya saja, memang penting sekali bagi para penyampai ayat Allah dan peringatan ini untuk berucap santun dan bijak, menasihati dengan penuh kelembutan dan kasih sayang bukan malah mencela, melaknat, berkata kotor dan menghina yang justru menjauhkan para pemimpin ini dari mendengar nasihat

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS 20: 43-44)

“Qaulan layyina” menurut Ibnu Katsir adalah “perkataan yang lemah lembut, santun, mudah dimengerti, dan bersahabat, agar lebih mudah meresap ke dalam jiwa serta lebih tepat dan pas”

Kita berdakwah bukan karena tidak beriman pada takdir, bukan pula memprovokasi, tapi inilah kewajiban menasihati penguasa, yang Allah wajibkan saat kita melihat kemunkaran, termasuk kemunkaran yang jelas saat BBM naik seperti ini.

Kita berdakwah bukan tersebab benci tapi karena peduli, bukan karena berang namun karena kasih sayang

Maka kita pun menyampaikan kepada penguasa, nasihat Nabi saw, dalam doanya, “Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah ia” (HR Muslim)

Ahlussunnah Waljama’ah

Assalamu’alaikum. Pak Ustad Tommy khutbah Jum’at tadi mengemukakan tentang hadist bahwa pada suatu masa Islam akan terbagi menjadi 73 golongan dan hanya 1 yang masuk Surga yaitu Sunnah  Waljama’ah sisanya masuk Neraka” -yang diuraikan adalah beberapa golongan yang sesat semacam Nazilah, Qodoriah, Mutazilah dan Syiah karena menyimpang dari sisi Tauhid Pokok. Pertanyaan saya apakah muslim di Indonesia (mayoritas) bisa termasuk ke dalam golongan yang masuk neraka ? Apakah meyakini hukum manusia (KUHAP) lebih baik dari hukum Allah merupakan penyimpangan dari Tauhid Pokok?
Terima kasih sebelumnya.

@ipit.darmadjie – Kota Batam

Jawab

Pak Ipit yg dirahmati Allah SWT. Tentang hadist 73 golongan memang banyak dibicarakan antar ormas2 Islam & gerakan2 da’wah Islam. Siapakah sebenarnya 72 golongan yg masuk ke dalam neraka & siapakah sebenarnya 1 golongan yg selamat masuk ke dalam surga? Ada yg
Mengklaim bhw kelompoknya adl Ahlu sunnah waljama’ah shg termasuk 1 golongan yg masuk ke dlm surga & yg lainnya masuk ke dlm neraka.

Berikut ini sy kutip tulisan Ust.Abu Al-Wafa Romli tentang penjelasan hadist 73 golongan & siapa sebenarnya Ahlu sunnah waljama’ah.

Ahlussunnah Waljama’ah artinya adalah orang-orang yang meyakini (mengimani), mempraktekkan (mengamalkan) dan memperjuangkan (mendakwahkan) sunah Nabi saw dan sunah para sahabatnya. Sedangkan miturut al-Jurjani dalam kitab Ta’rifat-nya; Ahlussunnah Waljama‘ah adalah penganut kebenaran (ahlul haq), yaitu orang-orang yang meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan kebenaran yang dicapai atau dihasilkan melalui berbagai hujjah (dalil) dan burhan (bukti) dari Allah swt.

Ahlussunnah Waljama’ah adalah lawan dari penganut hawa nafsu (ahlul ahwa`), yaitu mereka (ahlul kiblat / orang Islam) yang keyakinanya berbeda dengan keyakinan Ahlussunnah, seperti kelompok Jabariyyah, Qadariyyah, Rawaafidl (syi’ah ekstrem), Khawaarij, Mu’athilah dan Musyabbihah, di mana setiap kelompok terpecah menjadi 12 kelompok, maka jumlahnya menjadi 72 kelompok. Perkataan al-Jurjani ini sesuai dengan situasi serta kondisi (realita) saat itu. Sedangkan untuk situasi serta kondisi kekinian, pengikut hawa nafsu dan bid’ah (ahlul ahwa’ wal bida’) di samping kelompok yang telah disebut di atas, juga adalah orang Islam (ahlul qiblat) yang keyakinan, amaliyah dan perjuangannya mengikuti dan/atau terhadap ideologi komunisme (termasuk sosialisme) dan ideologi kapitalisme berikut seperangkat ide, pemikiran, sistem dan hukum yang memancar dari keduanya, seperti sekularisme, liberalisme, libertinisme, pluralisme, singkretisme, demokrasi, HAM, dialog antar agama, doa bersama lintas agama dll.

Karena problem, penyimpangan serta tantangan dari dan terhadap Islam dan kaum muslim itu mengalami perubahan dan perkembangan dari masa kemasa. Jadi Aswaja itu dinamis, tidak stagnan (jumud), sesuai problem, penyimpangan serta tantangan yang ada pada masanya. Sedangkan metode yang dipakai oleh Aswaja pada masa Abu al-Hasan al-As’ari (W.324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W.333 H) dan tokoh ASWAJA yang lain untuk menjawab problem, penyimpangan dan tantangan pada masa itu, tidak akan bisa menjawab problem, penyimpangan dan tantangan dari dua idiologi di atas. Oleh karena itu doktrin yang diemban dan didakwahkan oleh Wali Quthub abad 19 M, Qadhi Taqiyyuddin An-Nabhani serta para syabab Hizbut Tahrir, adalah doktrin Aswaja pada masa ini, juga sebagai pelengkap serta penyempurna juga kritik terhadap doktrin Aawaja yang telah ada, karena yang namanya manusia itu tidak ada yang sempurna, kecuali baginda Nabi Muhammad saw. Dan kami telah mengerti bahwa bahwa suatu perkara yang dibuat dan dikerjakan oleh manusia selain Rasulullah SAW ketika telah sempurna, maka nampaklah kekurangannya. Dan fakta serta realita Salafush Shalih dan Para Imam Mujtahid juga saling mengkritik, melengkapi dan menyempurnakan, tidak saling menyesatkan (untuk lebih lengkapnya lihat buku saya ‘Nasehat Terbuka Untuk Himasal).

2.Hadis terkait Ahlussunnah Waljama’ah
عن عبد الله بن عمرو بن العاص قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “افترقت اليهود على إحدى وسبعين ملة وافترقت النصارى على انتين وسبعين ملة وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلها فى النار إلا ملة واحدة”، قالوا: “من هي يا رسول الله ؟” قال: “من كان على ما أنا عليه وأصحابي”. رواه الترمذي فى الإيمان باب ما جاء فى افتراق هذه الأمة من سننه ورواه أيضا الإمام أجمد فى المسند وإسناده صحيح.
Dari Abdulloh ibn al-‘Ash; Rasululloh SAW bersabda: “Umat Yahudi telah terpecah menjadi 71 kelompok, umat Nasrani telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok di mana semuanya masuk neraka kecuali satu kelompok”. Sahabat bertanya: “Wahai utusan Alloh, siapakah mereka?”. Nabi bersabda: “Siapa saja orang yang berpegang teguh (mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan) terhadap sunnah(doktrin, tuntunan atau metode)ku dan (sunnah) para sahabatku”

وفى رواية الطبراني: إفترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة وافترقت النصارى على اثنتين فرقة وستفترف أمتي علي ثلاث وسبعين فر قة واحدة منها ناجية والباقون هلاكى”. قالوا : “وما الناجية يا رسول الله؟”. قال: “أهل السنة والجماعة”، قالوا: “وما أهل السنة والجماعة؟”، قال: “من كان على ما أنا عليه اليوم وأصحابي”.
Dalam riwayat at-Thabarani, Nabi saw. bersabda; ”Yahudi telah terpecah menjadi 71 kelompok. Nasrani telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok, darinya hanya ada satu kelompok yang selamat, sedang yang lain semuanya rusak”. Shabat bertanya; ”Siapakah kelompok yang selamat itu, wahai Rasulullah ?”. Beliau bersabda; ”Ahlussunah Waljama’ah”. Mereka bertanya; ”Siapakah Ahlussunah Waljama’ah itu ?”. Beliau bersabda; ”Siapa saja orang yang berpegang teguh (meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan) dengan sunah (doktrin, tuntunan atau metode) ku pada hari ini dan (sunah) para shahabatku”.

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنه قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:… وإن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم فى النار إلا ملة واحدة، قالوا ومن هي يارسول الله؟ قال:ما أنا عليه وأصحابي. أخرجه الترميذي والحاكم.
Dari Abdullah bin ‘Amer RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda:”… Dan sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok di mana semuanya terjatuh ke neraka, kecuali satu kelompok”. Sahabat bertanya: “Wahai Rasulallah, siapakah mereka?”, beliau bersabda: “(orang-orang yang berpegang teguh terhadap) agama yang aku beserta para sahabatku berpegang teguh terhadapnya”. HR Tirmidzi dan Hakim.

عن معاوية بن أبي سفيان رضي الله عنه أنه قام فينا فقال: ألا إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قام فينا فقال: ألا إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين ثنتان وسبعون فى النار وواحدة فى الجنة وهي الجماعة. زاد ابن يحيى وعمرو فى حديثيهما: وإنه سيخرج من أمتي أقوام تجارى بهم تلك الأهواء كما يتجارى الكلب لصاحبه. وقال عمرو الكلب لصاحبه: لا يبقى منه عرق ولا مفصل إلا دخله. أخرجه أبو داود واللفظ له والدارمي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي.
Dari Muawiyah bin Abu Sufyan RA, dia berdiri di antara kami lalu berkata: “Ingat, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berdiri di antara kami lalu beliau bersabda: “Ingat, sesungguhnya orang-orang ahli kitab sebelum kalian telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan bahwa kelompok ini akan terpecah menjadi 73 kelompok, di mana yang 72 kelompok terjatuh ke neraka, dan yang satu kelompok selamat masuk surga, yaitu al-Jama’ah”. Ibnu Yahya dan ‘Amer pada kedua hadisnya menambahkan: “Dan sesungguhnya akan keluar dari umatku beberapa kelompok yang diperbudak oleh hawa nafsu seperti penyakit anjing gila memperbudak korbannya”. ‘Amer berkata: “Sehingga tidak tersisa dari korbannya urat dan persendian kecuali dimasukinya”. HR Abu Dawud, al-Darimi dan al-Hakim, dan disahihkan oleh al-Hakim dan al-Dzahabi.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن بني إسرائيل افترقت على إحدى وسبعين فرقة وإن أمتي ستفترق غلى ثنتين وسبعين فرقة كلها فى النار إلا واحدة وهي الجماعة. أخرجه أحمد وابن ماجه واللفظ له والطبري.
Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 71 kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi 72 kelompok di mana semuanya terjatuh ke neraka, kecuali satu kelompok, yaitu al-Jama’ah”. HR Ahmad, Ibnu Majah, dan al-Thabari.

عن عوف بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ستفترق أمتي على بضع وسبعين فرقة أعظمها فرقة قوم يقيسون الأمور برأيهم فيحرمون الحلال ويحللون الحرام. أخرجه الحاكم وصححه وسكت عنه الذهبي.
Dari ‘Auf bin Malik RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Umatku akan terpecah menjadi lebih dari 70 kelompok, di mana mayoritas mereka adalah kelompok yang menganalogkan perkara dengan pendapatnya, lalu mereka mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram”.HR al-Hakim.

Kesimpulan:

a. Umat Islam terpecah menjadi 73 golongan di mana semuanya terjatuh ke neraka, kecuali satu golongan yang selamat (najiyah), yaitu Ahlussunnah Waljama’ah.

b. Ahlussunnah Waljama’ah adalah Siapa saja orang yang berpegang teguh (mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan) terhadap sunnah (doktrin, tuntunan atau metode) Nabi SAW dan (sunnah) para sahabatnya, pada hari di mana beliau Nabi dan para sahabatnya hidup.

c. Ahlussunnah Waljama’ah adalah mereka yang pada hari kiamat, yaitu ketika melintasi Jembatan (as-shirath al-mustaqim) mereka selamat (najiyah), yakni tidak tergelincir dan tercebur ke dalam neraka Jahanam. Bukan yang tergelincir dan terjatuh kedalam neraka lalu diselamatkan (manjiyah/munajjah).

d. Dan Ahlussunnah Waljama’ah adalah ahli surga. Yaitu mereka yang menerima, mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan Islam apa adanya, sesuai yang datang dari Nabi SAW dan para sahabat, tidak mengurangi dan tidak pula menambah-nambahnya, dan tidak menghalalkan yang haram dan tidak pula mengharamkan yang halal dengan mengikuti analog akalnya, atau akal-akalan.

Sedangkan mereka yang pada hari kiamat ketika melewati Jembatan yang Lurus tidak tergelincir dan tidak pula terjatuh ke dalam neraka itu bertingkat-tingkat sesuai iman dan amalnya ketika hidup di dunia:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يرد الناس كلهم ثم يصدرون عنها بأعمالهم. رواه الترميذي وأحمد عن عبد الله بن مسعود.
Rasululloh SAW bersabda: “Manusia semuanya datang ke Jembatan kemudian mereka keluar dari padanya sesuai amal perbuatan mereka”.

وعن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: يرد الناس جميعا الصراط، وورودهم قيامهم حول النار، ثم يصدرون عن الصراط بأعمالهم، فمنهم من يمر مثل البرق، ومنهم من يمر مثل الريح، ومنهم من يمر مثل الطير، ومنهم من يمر كأجود الخيل، ومنهم من يمر كأجود الإبل، ومنهم من يمر كعدو الرجل، حتى أن آخرهم مرّاً رجل نوره على موضع أبهامي قدميه يمر فيتكفأ به الصراط، والصراط دحض مزلة، عليه حسك كحسك القتاد، حافتاه ملائكة معهم كلاليب من النار يختطفون بها الناس، وذكر تمام الحديث. رواه ابن أبي حاتم.
Dari Abdulloh ibnu Mas’ud RA berkata: “Semua manusia sampai ke Jembatan. Mereka berdiri di sekitar neraka. Kemudian mereka keluar dari Jembatan dengan amal perbuatannya. Maka di antara mereka ada yang melintas seperti petir, ada yang melintas seperti angin, ada yang melintas seperti burung, ada yang melintas seperti kuda yang cepat, dan ada yang melintas seperti laki-laki berlari. Sehingga akhir mereka yang melintas adalah laki-laki yang cahayanya berada di tempat kedua ibu jari kakinya. Ia melintas dengan cahaya itu meniti Jembatan. Sedangkan Jembatan itu sangat licin dan menggelincirkan. Di atasnya terdapat duri seperti duri pohon kelampis. Di dua tepinya ada banyak malaikat yang membawa besi-besi dari api yang bengkok dan runcing ujungnya untuk mengaiti manusia”.

وفى دقائق الأخبار قال وهب: أن النبي صلى الله عليه وسلم يدعو: يارب سلمْ سلمْ أمتي أمتي … فيركب الخلائق الجسر حتى يركب بعضهم على بعض، والجسور تضطرب كالسفينة فى البحر فى الريح العاصف، فتجوز الزمرة الأولى كالبرق الخاطف، والزمرة الثانية كالريح العاصف، والزمرة الثالثة كالطير المسرع، والزمرة الرابعة كالفرس الجواد، والزمرة الخامسة كالرجل المسرع، والزمرة السادسة كالماشية، والزمرة السابعة قدر يوم وليلة. وقال بعضهم: قدر شهرين، وبعضهم: قدر سنة وسنتين وثلاث سنين، حتى يكون زمن آخر من يمر على الصراط قدر خمس وعشرين ألف سنة من سني الدنيا.
Dan dalam kitab ‘Daqaiqul Ahbar’ kyai Wahab berkata: “Sesungguhnya Nabi SAW berdoa: “Wahai Tuhan, selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku …”. Lalu segenap mahluk (manusia dan jin) menaiki Jembatan sampai-sampai sebagian mereka menaiki sebagian yang lain. Sedangkan Jembatan itu bergoyang laksana perahu layar di lautan diterpa angin yang bertiup. Lalu golongan pertama dapat melintas seperti petir menyambar, golongan kedua seperti angin bertiup, golongan ketiga seperti burung yang terbang cepat, golongan keempat seperti kuda yang larinya cepat, golongan kelima seperti laki-laki yang berlari cepat, golongan keenam seperti hewan ternak berjalan, dan golongan ketujuh berjlalan kira-kira sehari semalam. Sebagian ulama berkata: “Kira-kira dua bulan”. Dan sebagian yang lain berkata: “Kira-kira setahun, dua tahun, atau tiga tahun”. Sehingga masanya orang yang terakhir melintasi Jembatan adalah kira-kira dua puluh lima ribu tahun, dari tahun-tahun dunia”.

Sedangkan mereka yang tergelincir dan terjatuh kedalam neraka Jahanam kemudian diselamatkan (dikeluarkan), maka mereka itu tidak termasuk Ahlussunnah Waljama’ah, karena seperti pada hadis di atas bahwa Ahlussunnah Waljama’ah adalah kelompok yang selamat (firqah najiyah), bukan kelompok yang diselamatkan setelah tercebur kedalam neraka (manjuwah atau munajjah).
Alloh SWT berfirman:

“Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. TQS Maryam [19]: 71-72.

Ibnu Katsir berkata:
وقوله تعالى: ثم ننجي الذين اتقوا، أي إذا مر الخلائق كلهم على النار وسقط فيها من سقط من الكافرين والعاصين بحسبهم، نجى الله تعالى المؤمنين المتقين منها بحسب أعمالهم، فجوازهم على الصراط وسرعتهم بقدر أعمالهم التي كانت فى الدنيا.
“Firman Alloh SWT (Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa), yakni ketika semua makhluk telah melintas diatas neraka dan telah terjatuh kedalamnya orang-orang yang terjatuh, yakni semua orang kafir dan yang maksiat, maka Alloh ta’ala menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertakwa dari neraka, sesuai amal perbuatannya. Jadi melintasnya mereka di atas Jembatan dan kecepatannya itu sesuai kadar amalnya ketika di dunia.

3.Konotasi Hadis Ahlussunnah Waljama’ah

Hadis Ahlussunnah Waljama’ah di atas membicarakan lintas umat dan lintas agama, yaitu umat dan agama Yahudi, umat dan agama Nasrani (Kristen), dan umat dan agama Islam. Maka saya berasumsi bahwa hadis tersebut adalah semakna (serupa) dengan rentetan ayat al-Qur’an berikut;

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui. Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan …..”. TQS Al-Baqaroh [2]: 146-148.

Rentetan ayat tersebut berbicara mengenai lintas umat dan lintas agama, yaitu umat dan agama Yahudi, umat dan agama Nasrani, yang keduanya ditunjukkan oleh kalimat “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-kitab (Taurat dan Injil)”, dan umat dan agama Islam, yang ditunjukkan oleh kalimat “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. Kemudian Alloh berfirman; “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan”, yang ditujukan kepada umat Islam. Ini sama dengan hadis Aswaja di atas yang membicarakan umat dan agama Yahudi, umat dan agama Nasrani, umat dan agama Islam, lalu membicarakan Ahlussunnah Waljama’ah yang ditujukan kepada umat Islam.

Demikian juga rentetan ayat berikut:

44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

45.Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (at-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.

46.Dan Kami iringkan jejak mereka (Nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

47. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.

48.Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah kamus berbuat kebajikan…..”. TQS Al-Maidah [5]: 44-48.

Rentetan ayat di atas juga berbicara lintas umat dan lintas agama seperti halnya rentetan ayat sebelumnya. Dan bukan kebetulan kalau Alloh juga menyeru; “maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan…”.

Setelah saya mengemukakan tiga poin pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah;

a. Ahlussunnah Waljama’ah adalah orang-orang yang meyakini (mengimani), mempraktekkan (mengamalkan) dan memperjuangkan (mendakwahkan) sunah Nabi saw dan sunah para sahabatnya, hanya itu, tidak yang lain.

b. Ahlussunnah Waljama’ah adalah mereka yang pada hari kiamat, yaitu ketika melintasi Jembatan (as-shirath al-mustaqim) mereka selamat (najiyah), yakni tidak tergelincir dan tercebur ke dalam neraka. Bukan yang tergelincir dan terjatuh ke dalam neraka lalu diselamatkan dan dimasukkan ke dalam surga (manjiyah / munajjah). Jadi Ahlussunnah Waljama’ah adalah Ahli surga (Ahluljannah).

c. Mereka yang selamat itu terbagi menjadi tujuh golongan di mana semuanya termasuk Ahlussunnah Waljama’ah (firqoh najiyah); Golongan pertama melintasi Jembatan dan sampai kesurga seperti petir menyambar, golongan kedua seperti angin bertiup, golongan ketiga seperti burung terbang cepat, golongan keempat seperti kuda berlari cepat, golongan kelima seperti laki-laki berlari cepat, golongan keenam seperti hewan ternak berjalan, dan golongan ketujuh melintasi jembatan kira-kira sehari semalam. Sebagian ulama berkata: “Kira-kira dua bulan”. Dan sebagian yang lain berkata: “Kira-kira setahun, dua tahun, atau tiga tahun”. Sehingga masanya orang yang terakhir melintasi Jembatan adalah kira-kira dua puluh lima ribu tahun, dari tahun-tahun dunia.

d. Mereka yang ketika melintasi Jembatan tergelincir dan terjatuh ke dalam neraka kemudian diselamatkan dan dimasukkan ke dalam surga (firqoh manjiyah / munajjah) sesuai kadar iman dan amalnya ketika di dunia itu tidak termasuk Ahlussunnah Waljama’ah, karena mereka tidak selamat.

e. Konotasi hadis Ahlussunnah Waljama’ah adalah ‘berlomba-lomba berbuat kebaikan’ (fastabiqul khairot), yaitu berlomba-lomba mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan sunnah Nabi SAW dan sunnah para sahabatnya, bukan nama madzhab, jama’ah, organisasi, atau kelompok.

f. Maka ketika ada orang yang berkata: “Saya adalah Ahlussunnah Waljama’ah”, konotasinya adalah: a) “Saya mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan sunnah Nabi SAW dan sunnah para sahabatnya”, dan b) “Saya adalah ahli surga”. Maka tidak layak, bahkan memalukan bagi orang yang suka ‘merekayasa, berdusta, memitnah dan memprofokasi’ mengklaim sebagi Ahlussunnah Waljama’ah, karena amal tersebut adalah amalnya ahli neraka.

4.Pemikiran Yang Diklaim Sebagai Pemikiran Aswaja

Yang saya maksud di sini adalah pemikiran yang menyalahi atau kontradiksi dengan pemikiran Ahlussunnah Waljamaah (ahli surga) namun diklaim sebagai pemikiran Ahlussunnah Waljamaah. Pemikiran tersebut adalah pemikiran maksiat, munkar, fasik, zalim, bahkan kafir, yakni pemikiran ahli neraka, baik yang abadi di neraka atau yang kemudian diselamatkan dan dimasukkan ke dalam surga.

Pemikiran tersebut adalah pemikiran yang merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi. Atau pemikiran yang menolak diterapkannya syariat Islam secara sempurna melalui penegakkan Daulah Khilafah Rosyidah. Atau pemikiran yang memancar dari akidah sekularisme dan materialisme dimana keduanya sebagai landasan pemikiran bagi ideologi kapitalisme dan ideologi komunisme, seperti demokrasi, HAM, nasionalisme, pluralisme, sinkretisme, dialog antar agama, doa bersama lintas agama, dan sosialisme (untuk menjelaskan satu persatunya saya telah menulis buku ‘Rekontruksi Doktrin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Menyongsong Tegaknya Daulah Khilafah Rosyidah’ yang cukup tebal dan insya Alloh akan segera diterbitkan).

5.Topeng

Topeng (wajhun musta’ar) adalah penutup muka berbentuk muka, atau muka buatan dengan berbagai karakternya, dari yang buruk sampai yang ganteng dan cantik, dari jenis manusia atau hewan, bahkan jenis setan dan sebagainya, yang dipakai untuk menyembunyikan dan menyamarkan muka asli, dan menampilkan muka lain yang dikehendaki, atau untuk mengelabuhi dan menipu. Sedangkan topeng dalam tulisan ini adalah klaim Ahlussunnah Waljamaah sebagai ahli surga, yang dipakai oleh ahli-ahli di atas, atau oleh ahli neraka. Tujuannya sangat jelas yaitu untuk menjauhkan umat dari jamaah yang direkayasa, dibohongi, difitnah dan diprovokasi terhadapnya.

Wallahu a’lam