Selasa, 26 April 2016

Hukum Pidana Islam : Qishas Hukuman Yang Adil

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنثَىٰ بِالْأُنثَىٰ ۚ فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ ذَٰلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ (178) وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (179)} [البقرة : 178-179]

Artinya : Hai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yg dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba & wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yg mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yg memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yg diberi maaf) membayar (diat) kepada yg memberi maaf dengan cara yg baik (pula). Yg demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu & suatu rahmat. Barangsiapa yg melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yg sangat pedih.

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yg berakal, supaya kamu bertakwa.(QS.Al-Baqarah:178-179).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas hukum pidana Islam yakni tentang keadilan hukum qishas.

Kejahatan pertama yg dilakukan oleh anak Nabi Adam ‘Alaissalam adl membunuh. Allah SWT tlh mengkisahkan didlm Al-Qu’ran Surat Al-maidah ayat 28-29 tentang kedengkian Qabil thp saudaranya Habil shg ia berani membunuh saudaranya sendiri. Kisah ini menjadi ibrah bagi orang2 yg beriman utk senantiasa menjaga & memelihara nyawa manusia.

Membunuh adl termasuk dosa2 besar yg membinasakan bagi pelakunya. Allah SWT berfirman,

{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء : 93]

Artinya : Dan barangsiapa yg membunuh seorang mukmin dgn sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya & Allah murka kepadanya, Dan mengutukinya serta menyediakan azab yg besar baginya.(QS..An-Nisa’ : 93).

Hidup diera modern dgn konsep aturan hidup berasal dari idiologi Kapitalisme yg sekuler & liberal jauh dari rasa aman & damai. Mengutip berita on line, Tahun 2013, Polda Metro Jaya mencatat ada 51.444 kasus kriminal di Jakarta & sekitarnya, atau satu kejahatan tiap 10 menit 13 detik. Pembunuhan 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Artinya satu pembunuhan tiap lima hari. Pencurian dgn kekerasan 1.004 kasus & pencurian dgn pemberatan 5.011 kasus. Sementara, dari 57 kasus pemerkosaan selama tahun 2013, baru 36 kasus berhasil diselesaikan. Di tahun 2014, Polda Metro Jaya memprediksi praktik kejahatan akan meningkat. (detikNews, 29/12/2013).

Kasus pembunuhan semakin sadis & kejam baik dilakukan dgn spontan maupun terencana, dilakukan secara sendiri maupun berkelompok hingga dimutilasi. Penegakkan hukum pidana memang berjalan akan tp hasilnya jauh dari keadilan bagi keluarga korban.

Salah satu ancaman delik hukum bagi pelaku pembunuhan adl : Pasal 338 KUHP : Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, krn pembunuhan, dgn pidana penjara paling lama 15 thn.

Sedangkan Pasal 340 KUHP : Barang siapa sengaja & dgn rencana lbh dahulu merampas nyawa orang lain diancam krn pembunuhan dgn rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 thn.

Hukum Pidana Islam

Allah SWT tlh menetapkan Syari’at-Nya bagi pelakuk kriminal. Sanksi dibagi menjadi 4 yaitu : Hudud, Jinayat, Ta’zir & Mukhalafah.

1. Hudud

Hudud adl sanksi atas kemaksiatan yg macam kasus & sanksinya tlh ditetapkan oleh syariah. Dlm kasus hudud tdk diterima adanya pengampunan atau abolisi. Sebab, hudud adl hak Allah SWT. Jika kasus hudud tlh disampaikan di majelis pengadilan, kasus itu tdk bisa dibatalkan krn adanya pengampunan atau kompromi.

Hudud dibagi menjadi enam: a. zina & liwath (homoseksual & lesbian); b. al-qadzaf (menuduh zina orang lain), c. minum khamr, d. pencurian, e. murtad, f. Hirabah atau bughat.

2. Jinayat

Jinayat adl penyerangan thp manusia. Jinayat dibagi dua:
1. Penyerangan thp jiwa (pembunuhan)

2. Penyerangan thp organ tubuh.

Kasus jinayat thp jiwa (pembunuhan), sanksinya ada tiga macam :

1. Qishash
2. Diyat
3. Kafarah.

Pembunuhan sendiri diklasifikasi menjadi empat jenis :

1. Pembunuhan sengaja
2. Mirip disengaja
3. Tidak sengaja
4. Karena ketidaksengajaan.

Pd kasus pembunuhan sengaja, pihak wali korban boleh memilih antara qishash ataumemaafkan dgn mengambil diyat, atau menyedekahkan diyatnya. Jika pelaku pembunuhan mendapatkan pemaafan, ia wajib membayar diyat sebanyak 100 ekor onta & 40 ekor di antaranya tlh bunting.

Sanksi pembunuhan mirip sengaja (syibh al-’amad) adl diyat 100 ekor unta & 40 ekor di antaranya bunting.

Adapun pembunuhan tdk sengaja (khatha’) diklasifikasi menjadi dua macam:
1. Seseorang melakukan suatu perbuatan yg tdk ditujukan utk membunuh seseorang, namun tanpa sengaja ternyata mengakibatkan terbunuhnya seseorang. Misalnya, ada orang memanah burung, namun terkena manusia hingga mati.

2. Seseorang yg membunuh orang yg dikiranya kafir harbi di dâr al-kufr, tetapi ternyata orang yg dibunuhnya itu tlh masuk Islam. Pd jenis pembunuhan pertama, sanksinya adl membayar diyat 100 ekor unta & membayar kafarah dgn cara membebaskan budak. Jika tdk memiliki budak, pelaku hrs berpuasa selama 2 bulan berturut2.Dalam kasus kedua, sanksinya adl membayar kafarah saja & tdk wajib diyat.

Sanksi utk pembunuhan krn ketidaksengajaan adl diyat 100 ekor onta dan membebaskan budak. Jika tdk ada budak, wajib berpuasa selama 2 bulan berturut2.

Adapun jinayat thp organ tubuh, baik thp organ tubuh maupun tulang, sanksinya adl diyat. Tdk ada qishash utk penyerangan thp organ tubuh maupun tulang secara mutlak, kecuali pd kasus penyerangan terhadap gigi & kasus jarh (pelukaan di badan). Hanya saja, kasus penyerangan gigi atau jarh bisa saja dikenai diyat. Lalu kapan pada kasus penyerangan thp gigi dikenai qishash & kapan dikenai diyat saja? Menurut fukaha, jika penyerangannya secara sengaja, dikenai hukuman qishash; sedangkan jika tdk sengaja, dikenai diyat yg besarnya tlh ditetapkan di dalam As-Sunnah. Jika orang yg dilukai tdk meminta qishash, pelaku penyerangan hanya wajib membayar diyat. Dlm kasus penyerangan pd kepala (asy-syijaj), sanksinya hanyalah diyat & tdk ada qishash.
(Ref : Syaikh Dr.Abdurrahman Al-maliki, Kitab Nizham al-’Uqubat (Sistem Hukum Pidana Islam).

Cukup jelas bagi kita bhw Syari’at Allah SWT bila ditegakkan akan mewujudkan keadilan bagi kehidupan manusia. Sangat disayangkan saat ini hukum2 Allah SWT yg terkait dgn hudud & qishas dipeti eskan,. Dgn berbagai macam argumentasi yg jauh dari keimanan dinyatakan,
seolah2 hal ini tdk menjadi kewajiban bagi orang2 yg beriman. Pd hal hukum asal perintah Allah SWT adl wajib. Sementara bila kewajiban itu tdk ditunaikan maka kaum muslimin akan berdosa.

Sistem Demokrasi Sekuler tdk akan pernah mengakomodir penerapan Syari’at Islam secara kaffah termasuk menerapkan hukum hudud. Syari’at Islam hanya bisa diterapkan dlm bingkai Khilafah Islam sesuai dgn manhaj kenabian.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Jumat, 22 April 2016

Muhasabah Diri : Memperbanyak Mengingat Kematian

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman,

{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ} [الأنبياء : 35]

Artinya : “Setiap yg berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kamu dengan keburukan & kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), Dan hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan.” (QS.Al-Anbiya`: 35).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi Jum’at yg penuh barokah ini akan membahas muhasabah diri yakni tentang memperbanyak mengingat kematian.

Setiap makhluk yg bernyawa pasti akan mengalami kematian. Kematian adl berpisahnya ruh dari jasad manusia. Bila ajal tlh tiba saatnya cepat ataupun lambat maka Malaikat Maut akan mencabut nyawa kita. Kematian tdk disebabkan oleh penyakit yg diderita, kematian tdk ditentukan oleh usia & kematian tdk dipastikan oleh bencana musibah yg menimpa tp kematian terjadi akibat ajal dari Allah SWT. Allah SWT berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya : Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila tlh datang waktunya mereka tdk dpt mengundurkannya barang sesaatpun & tdk dapat (pula) memajukannya.(QS.Al-A’raf:34).

Kematian itu datangnya pasti akan menjemput manusia meskipun ia berada diluar angkasa, dibawah lautan samudra atau ia bersembunyi didlm benteng yg kokoh. Allah SWT berfirman,

{أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ

Artinya : “Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di benteng yg tinggi lagi kokoh.”(QS. An Nisaa’ : 78).

Banyak orang yg takut menghadapi kematian bahkan berusaha utk menghindari diri dari kematian & ia ingin hidup 1000 thn lagi. Andai saja ajal kematian bisa dibayar dgn uang atau ditukar dgn jabatannya maka akan banyak orang2 konglomerat & para penguasa yg akan menukarkan harta & jabatannyanya agar ia bisa hidup lbh lama lg. Tp apa mau dikata yg namanya manusia sbg makhluk pasti akan mati binasa.

Meskipun kematian itu pasti kehadirannha tp banyak diantara manusia yg tdk mau berbekal diri utk menghadapi kematian. Mengingat kematian adl perkara yg mulia dlm rangka mengingat akan hari dahsyat dicabutnya ruh dari badan oleh malaikat maut. Mengingat mati bukan berarti pesimis dlm menjalani kehidupan didunia tp sbg pengingat diri utk mempersiapkan kehidupan akhirat. Mengingat mati dpt melembutkan hati & menghancurkan ketamakan thp dunia.

Ada sebuah riwayat hadist yg diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a mengabarkan, Aku sedang duduk bersama Rasulullah SAW tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kpd Rasulullah SAW lalu berkata,Ya Rasulullah : mukmin manakah yg paling utama? Beliau SAW menjawab, yg paling baik akhlaknya di antara mrk. Mukmin manakah yg paling cerdas? tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab: Orang yg paling banyak mengingat mati & paling baik persiapannya utk kehidupan setelah mati. Mrk itulah orang2 yg cerdas.”(HR. Ibnu Majah).

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, Ad-Daqqaq berkata, Siapa yg banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dgn 3 perkara : bersegera utk bertaubat, hati merasa cukup & semangat dlm beribadah. Sebaliknya, siapa yg melupakan mati ia akan dihukum dgn 3 perkara : menunda2 taubat, tdk ridha dgn perasaan cukup & malas dlm beribadah. Maka berfikirlah wahai orang yg tertipu yg merasa tdk akan dijemput kematian, tdk akan merasa sekaratnya, kepayahan & kepahitannya. Cukuplah kematian sbg pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan & menuntaskan angan2. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan & membayangkan datangnya hari kematianmu & perpindahanmu dari tempat hidupmu yg sekarang?
( Ref : Kitab At-Tadzkirah, hal. 9).

Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat Al-anbiya ayat 35 diatas, Tlh diriwayatkan dari Imam Syafii bhw beliau mengemukakan 2 bait syair berikut yang semakna dgn ayat ini, yaitu:

تَمَنَّى رِجَالٌ أَنْ أَمُوتَ وَإِنْ أَمُتْ فَتلْكَ سَبيل لَسْت فيهَا بأوْحد

فقُلْ للَّذي يَبْغي خِلَافَ الَّذِي مَضَى: تَهَيَّأ لأخْرى مثْلها فكَأن قَدِ

Artinya : Banyak kalangan lelaki yg mengharapkan aku mati cepat & memang mati itu merupakan suatu akhir yg saya tidak menyendiri di dalamnya.

Maka katakanlah kpd orang yg menginginkan hal yg berbeda dgn pendahulunya, bersiap-siaplah utk menghadapi masa hidupnya yg baru, kematian akan tetap menjadi suatu kepastian baginya. Allah SWT berfirman,
{وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً}

Artinya : Kami akan menguji kalian dgn keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yg sebenar-benarnya). (QS.Al-Anbiya: 35)

Maksudnya Kami benar2 akan menguji kalian adakalanya dgn musibah & adakalanya dgn nikmat agar Kami dpt melihat siapakah yg bersyukur & siapakah yg ingkar, siapakah yg bersabar serta siapakah yg berputus asa (di antara kalian).
(Ref : Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Daar Ibnu Hazm hal 1.237).

Semoga kita termasuk orang2 yg senantiasa banyak mengingat kematian shg dpt segera bertaubat & tetap semangat dlm beramal ibadah kpd Allah SWT hingga ajal kematian tiba.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Aqidah Islam : Memahami Makna Tawakkal

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Hadist Hari Ini :

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه أحمد)

Artinya : Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang aqidah Islam yakni memahami makna tawakkal.

Tak jarang kita mendengar pernyataan, ya sudah bertawakkal & berserah diri kpd Allah SWT saja yg terpenting kita sdh berusaha & berdoa. Adakah pernyataan ini yg salah? Pernyataan tsb tdk salah tp kurang tepat sebab pemahaman tawakkal sepertinya tlh keluar dari makna yg sesungguhnya.

Tawakkal merupakan natijah keimanan yaitu keyakinan kalbu bhw Allah satu2 nya zat yg maha segala2 nya krn itu lemahnya tawakal kpd Allah SWT jg dipengaruhi oleh lemahnya keimanan. Oleh krn itulah Al-imam Ghazali rahimahullahu didlm kitab Al-ihya ‘ulumuddin mengkaitkan antara Tauhid dgn tawakkal dlm satu pembahasan.

Tawakkal berasal dari kata :

توكل – يتوكل – توكل

Yg artinya menjadikan yg lain sbg wakil, yaitu zat yg mewakili diri seseorang dlm urusan tertentu. Orang yg diserahi urusan tsb dpt disebut wakil, sedangkan orang yg menyerahkan urusan tsb disebut muttakil, sedangkan orang yg menyerahkan urusan tsb disebut muttakil ‘alaihi. Yaitu apabila orang tsb merasa puas dgn orang yg mewakilinya & mempercayainya serta tdk mempunyai persepsi bhw orang tsb mempunyai kekurangan atau mempunyai keyakinan bhw orang tsb tdk mempunyai kelemahan & kekurangan.
(Ref : KH.Hafiz Abdurrahman, Islam Politik & Spritual, Penerbit Lisan Ul-haq Singapore, cet I hal 154, 1998).

Al-imam Al-alusi rahimahullahu mendefenisikan tawakkal adl : sikap menampakkan kelemahan & ketergantungan kpd yg lain serta merasa cukup hanya kpd-Nya dlm melakukan aktivitas yg diperlukannya.
(Ref : Kitab Tafsir Ruh Al-ma’ani, juz IV hal 107).

Al-imam Ghazali rahimahullahu mengatakan, Keadaan orang yg bertawakkal kpd Allah SWT adl seperti keadaan bayi dgn ibunya. Bayi itu tdk pernah mengetahui yg lain serta tdk pernah menyerahkan semua urusannya kecuali kpd ibunya. Ibulah yg pertama kali ia bayangkan apabila ia membayangkan yg lain. Hal ini menuntut utk meninggalkan doa & meminta kpd yg lain kpd selain Allah SWT krn keyakinannya pd kemuliaan & kasih sayang-Nya.
(Ref : Kitab Mukhtasyar Ihya ‘ulumuddin hal 236).

Al-imam Ibnu Qoyyim Al-jauziyah rahimahullahu menjelaskan,
Tawakal merupakan amalan & ubudiyah/penghambaan hati dgn menyandarkan segala sesuatu hanya kpd Allah, tsiqah thp-Nya, berlindung hanya kpd-Nya & ridha atas sesuatu yg menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bhw Allah akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya dgn tetap melaksanakan sebab2 serta usaha keras utk dpt memperolehnya.”
(Ref : Kitab Arruh fi Kalam ‘ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, hal 254).

Pemahaman tentang tawakkal tdk bermakna bila keliru dlm memahami hadist :

Pada suatu sore ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW. Dia berkeinginan ‎meninggalkan begitu saja unta kendaraannya tanpa diikat di depan masjid. Dia kemudian berkata, “Ya Rasulullah, aku ‎harus mengikat unta itu ataukah bertawakal, atau meninggalkan begitu saja tanpa diikat kemudian ‎bertawakal? Rasulullah ‎SAW menjawab,“Ikatlah, baru kemudian bertawakal.”(HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik)‎.

Hadist ini bukan difahami agar dpt mencegah asumsi tentang tawakkal bhw dgn tawakkal seseorang tdk perlu lg melakukan hukum Sebab-Akibat sbg bagian dari dari pd tawakkal & bukan jalan yg terpisah. Akibatnya cita2 kaum muslimin menjadi lemah, azzamnya menjadi turun & pandangan hidupnya menjadi sempit. Akhirnya mrk merasa lemah & mempunyai keyakinan bhw kemampuan mrk terbatas serta tdk akan dpt melakukan sesuatu kecuali apa yg tampak dihadapan mrk.

Hadist diatas justru mengajarkan agar melakukan hukum Sebab-Akibat disamping tawakkal kpd Allah SWT. Dgn kata lain tdk cukup hanya bertawakkal kpd Allah SWT saja, sedangkan hukum Sebab-Akibat ditinggalkan. Adapun hukum Sebab-Akibat yg disebutkan adl mengikat unta agar tdk hilang. Apabila unta tsb tdk diikat pastinya akan lari & hilang.

Dgn demikian melakukan tawakkal kpd Allah SWT adl kewajiban bagi setiap mukmin ketika hendak melakukan suatu perbuatan. Adapun cara melakukannya adl : berazzam (bertekad), tawakkal & bekerja atau berusaha. Dlm hal ini perlu dibedakan antara aqidah & hukum syara’. Dimana azzam & tawakkal adl bagian dari perbuatan kalbu yg merupakan wilayah aqidah Islam, sedangkan kewajiban mengusahakan hukum sebab-akibat atau faktor2 yg menentukan tercapainya tujuan adl masalah Hukum Syara’. Allah SWT berfirman,

عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَوَكِّلِيْنَ.

Artinya : Apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya” (QS.Ali-Imran:159 ).

{ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق : 3]

Artinya : Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.Ath-Thalaq:3).

Semoga kita termasuk hamba2 Allah SWT yg beriman yg senantiasa bertawakkal kpd-Nya setiap saat.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Politik Islam : Syarat-syarat Menjadi Pemimpin Islam (Khalifah).

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman,

{۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [المائدة : 51]

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yg lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yg dzalim.(QS.Al-maidah:51).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas politik Islam tentang syarat2 menjadi pemimpin Islam (Khalifah).

Didlm Islam perkara politik bukanlah suatu perkara yg tabu apalagi dianggap sbg perkara yg kotor dgn anggapan Islam adl agama yg suci shg jgn dikotori dgn intrik politik kotor. Persoalannya yg kotor itu bukan berasal dari politik Islam tp berasal berasal dari politik Demokrasi Sekuler.

Eksistensi Islam sbg agama mulia yg bukan hanya mengatur dlm urusan ibadah & moral semata tp jg sbg sistem kehidupan adl 2 perkara yg tdk dpt dipisahkan antara yg satu dgn yg lainnya termasuk dlm hal politik. Imam Al-Ghazali rahimahullahu berkata, Agama adl asas sedangkan sulthan atau kekuasaan adl penjaga. Sesuatu yg tdk memiliki asas akan runtuh & sesuatu yg tdk memiliki penjaga akan hilang.(Ref : Kitab Al-iqtishad fi al-i’tiqad hal 99).

Berdasarkan petunjuk dalil2 syara’ baik bersumber dari Al-Qur’an & Al-Hadist syarat menjadi pemimpin didlm Islam terbagi kpd 2 yaitu :

1. Syarat In’iqad (legal formal).

2. Syarat Afdhaliyah (keutamaan).
(Ref : Syaikh Taqiyuddin An-nabhani, Kitab Nizhamu Al-hukmi Fii Al-Islam hal 55).

A. Syarat In’iqad

1. Muslim

Orang kafir dilarang utk menjadi pemimpin orang2 Islam sebab kekuasaan adl jalan yg kuat bagi seorang hakim (pejabat pemerintahan) utk memaksa rakyatnya. Allah SWT berfirman,

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
Artinya : Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman.(QS.An-nisaa’:141).

Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat Al-maidah ayat 51 diatas : Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yg beriman utk loyal kpd orang2 Yahudi & Nasrani. Mereka itu musuh Islam & sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi mereka. Lalu Allah mengabarkan bhw mereka itu adl auliya thp sesamanya. Kemudian Allah mengancam & memperingatkan bagi orang mu’min yg melanggar larangan ini Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tdk memberi petunjuk kpd orang2 yg lalim.(Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 3/132).

Lalu Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab r.a, Bahwasanya Umar bin Khathab r.a memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari r.a bhw pencatatan pengeluaran & pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yg beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya utk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dgn hasil pekerjaannya. Ia berkata: Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam utk membacakan laporan2 di depan kami? Abu Musa menjawab: Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram. Umar bertanya: Kenapa? Apa karena ia junub? Abu Musa menjawab: bukan krn ia seorang Nasrani. Umar pun menegurku dgn keras & memukul pahaku & berkata: pecat dia!. Umar lalu membacakan ayat diatas.

Keberadaan orang kafir yg menguasai orang2 beriman maka ia akan bertindak dzalim bahkan ia akan memusuhi umat Islam (lihat QS.Al-baqarah ayat 120).

2. Laki-laki
Seorang wanita Haram menjadi pemimpin negara sebab laki2 adl pemimpin bagi wanita, baik dlm ruang lingkup rumah tangga maupun dlm hal bernegara. Hal ini berbeda dgn sistem politik Demokrasi atas dasar persamaan gender & emansipasi wanita yg membolehkan bagi wanita menjadi pemimpin. Rasulullah SAW bersabda,

لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُم امْرَأَةً

Artinya : Tidak akan beruntung kaum yang menyerahkan urusan kekuasaan mereka kepada wanita (HR.Bukhari).

3. Mencapai usia baligh & berakal.

Seseorang yg belum menginjak usia baligh & berakal tdk boleh menjadi pemimpin. Rasulullah SAW bersabda,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَشِبَّ وَعَنِ الْمَعْتُوهِ حَتَّى يَعْقِلَ

Artinya : Pena diangkat dari 3 orang: orang yg tidur sampai ia bangun, anak kecil sampai ia dewasa & orang gila sampai ia sadar.”(HR.Tirmidzi no. 1.423).

Siapa saja yg diangkat pena dari dirinya maka dia tdk termasuk seorang mukallaf (terbebani hukum) krn akal menjadi manath/tempat pembebanan hukum & menjadi syarat syarat sahnya mengatur berbagai macam urusan.

4. Adil
Seorang Khalifah adl orang yg konsisten dlm menjalankan agamanya yaitu bertaqwa & menjaga muru’ah jd tdk sah orang fasiq diangkat menjadi Khalifah.

5. Merdeka.
Seorang budak tdk sah menjadi Khalifah krn dia adl milik tuannya shg dia tdk memikiki wewenang utk mengatur bahkan thp dirinya sendiri.

6. Mampu melaksanakan amanah.
Seorang Khalifah hrs memiliki kemampuan utk mengemban amanah Bai’at dari ummat berupa leadership & capabilitas. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا ضُيِّعَتْ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Artinya : Apabila amanah tlh disia2 kan, maka tunggulah saat2 kehancurannya. Salah seorang bertanya: Bagaimana bentuk menyia-nyiakan amanah itu, wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Apabila urusan itu diserahkan (dipercayakan) kpd orang yg bukan ahlinya, maka tunggulah saat-saat kehancurannya.(HR.Bukhari).

B. Syarat Afdhaliyah (Keutamaan).

1. Seorang Ulama Mujtahid
Syarat keutamaan menjadi seorang Khalifah adl seorang ulama yg sampai kpd derajat Mujtahid yg mampu utk mengistinbath atau menggali sumber2 dalil syara’ dlm menghukumi suatu perkara.

2. Seorang keturunan Quraish.
Banyak hadist2 yg berbentuk ikhbar atau informasi yg menjelaskan tentang keutamaan Quraish sbg pemimpin sebagaimana Rasulullah SAW.
الأَئِمَّة مِنْ قُرَيْشٍ

Artinya : Para imam adalah dari Quraisy (HR.Ahmad).

Hadist ini tdk terdapat qarinah yg jazm atau pasti bhw orang quraish hrs menjadi Khalifah shg dpt diambil kesimpulan bukan syarat wajib tp sebatas syarat keutamaan.

Semoga kaum muslimin segera memiliki seorang Khalifah yg memenuhi kriteria yg tlh ditentukan oleh dalil2 syara’ shg mampu menerapkan Al-Qur’an & Al-Hadist dlm seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Keutamaan Amal Berdawah

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman,

{وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [فصلت : 33]

Artinya :”Siapakah yg lebih baik perkataannya dari pada orang yg menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh & berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang2 yg menyerah diri” (QS. Fushshilat: 33)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang keutamaan amal berda’wah menyerukan yg ma’ruf & mencegah yg mungkar.

Keutamaan menyerukan yg ma’ruf & mencegah dari yg mungkar adl sbg manusia yg paling baik ucapannya. Seruan da’wah kpd individu, masyarakat & negara adl upaya utk menunaikan kewajiban, menjaga eksistensi ajaran Islam, wujud kecintaan thp sesama mukmin utk saling ingat mengingatkan dlm kebenaran & kesabaran, menyelamatkan diri dari kemaksiatan & menyebar luaskan kemuliaan agama Islam sbg rahmatan lil’alamin. Sebuah riwayat hadist :

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
(رواه مسلم)

Artinya : Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(HR.Muslim).

Da’wah menurut bahasa adl seruan atau ajakan, sedangkan menurut makna syar’inya adl seruan kpd orang lain agar mengambil yg Al-khair (islam), melakukan kemakrufan & mencegah kemungkaran. Atau jg dpt di definisikan dgn upaya utk merubah manusia (baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya) dari jahiliyyah ke islam, atau dari yg sdh islam menjadi lbh kuat lagi ke islamannya.

Tugas & tanggung jawab da’wah bukan hanya ada dipundak para Ustadz & Kyai akan tp menjadi tanggung jawab setiap individu mukmin baik laki2 maupun wanita.

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan ayat di atas yaitu para da’i tsb memberi manfaat kpd dirinya & orang lain, baik secara langsung maupun tdk langsung. Bukanlah termasuk golongan ini orang2 yg menyeru kpd yg ma’ruf akan tp tdk mengerjakannya, atau mencegah dari yg mungkar akan tp ia sendiri mengerjakannya. Akan tp mereka menyeru kpd kebaikan & meninggalkan keburukan, menyeru makhluk kpd Al-khaliq. Seruan ini umum mencakup siapa saja yg menyeru kpd kebaikan & memberikan petunjuk kpd orang lain. (Tafsir Ibnu Katsir Juz 24).

Subjek da’wah dpt dilakukan oleh individu, jama’ah maupun negara, masing2 memiliki dasar & arah perjuangan tersendiri dlm mencapai sebuah target da’wah. Hal ini terjadi krn perbedaan dlm memahami realitas pd sebuah pemikiran bagaimana membangkitkan masyarakat. Allah SWT berfirman,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kpd kebajikan, menyuruh kpd yg ma`ruf & mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.(QS.Al-imran:104).

Perkataan وَلْتَكُنْ terdiri dari tiga kata وَ, yg berartidan لْ yang berarti hendaklah & تَكُن berasal dari كَان – يكُون – كونا yg berarti ada, keadaan ataumenjadi. Dgn demikian وَلْتَكُنْ bisa berma’na hendaklah ada, atau hendaklah menjadi. Perkataanمِنْكُم ْ menurut Syaikh Wahbah Al-Zuhayli rahimahullahu

من لِلتَّبْعِيْض لأن مَاذُكِرَ فَرْضُ كِفَايَة لا يَلْزَم كُلَّ الأمَّة ولا يلِيْقُ بِكُلِّ احِدٍ
كالْجَهِل

lafazh من berarti sebagian krn apa yg disebutkan berikut sesuatu yg hukumnya fardlu kifayah. Apa yg diperintah dlm ayat ini tdk dpt dilakukan oleh setiap umat tdk layak dilakukan individu, seperti yg tdk punya ilmu.
(Ref : Kitab Tafsir Al-Munir, Jz.IV h.32).

Tegasnya ayat ini mengatur pembagian tugas dlm satu kesatuan umat. Namun menurut Al-Baydlawi bisa jg difahamai sbg من bayani atau penjelas yg mengisyaratkan perintah pada satu umat.
(Ref : Kitab Tafsir al-Baydlawi, tentang surat al-Nisa:77).

Yang dimaksud dengan أُمَّةٌ adl

جماعة تُرَبِّطُهُم رابِطَةٌ مُعَيَّنَنَةٌ تُجْمِعُهُم

Kelompok yg terikat oleh ikatan yg jelas shg terhimpun satu kesatuan.

Perkataan يَدْعُونَ berasal dari

دَعا – يدعو – دعوة

berarti mengajak, menyeru, memanggil. Sedangkan الْخَيْر ِ menurut Imam Thabari,

الخير يعني إلى الإسلام وشرائعه التي شرعها الله لعباده

Al-khair adl : Al-Islam & syari’ahnya yg tlh di tetapkan Allah utk hamba2 Nya.
(Ref : Kitab Tafsir Jami al-Bayan, juz IV hal 38).

Dengan demikian mengajak pd al-Khair adl berda’wah menyeru manusia kpd al-Islam, mengajar mrk utk memahami & melaksanakan syari’ah Islam. Jelaslah bhw al-Khair itu yg tlh dianggap benar & baik oleh syar’ah, walau bisa jadi anggota msyarakat ada yg menganggapnya tdk baik.

Ayat diatas menjadi dalil perintah Allah SWT kpd orang2 yg beriman utk menyerukan da’wah Islam. Hukum asal berda’wah adl fardhu ‘ain bagi setiap individu mukmin & fardhu kifayah utk membentuk jama’ah da’wah.

Sebaik2 suri tauladan dlm seluruh amal ibadah termasuk dlm hal berda’wah adl Rasulullah SAW.
Berdasarkan aktivitas da’wah Rasulullah SAW melalui kajian kitab Sirah Nabawiyah mulai dari periode Mekkah hingga Madinah selama 23 tahun dpt difahami metode atau thoriqoh da’wah Rasulullah SAW ada 3 yaitu :

1. Kaderasasi para sahabat Rasulullah SAW utk menanamkan tauhid, syakhsiyah/kepribadian Islam & tsaqofah/ilmu pemahaman Islam.

2. Interaksi pemikiran antara yg haq & bathil ditengah2 masyarakat arab jahiliyah

3. Penerapan Islam secara kaffah.

Ketiga metode dakwah ini wajib diteladani oleh ummatnya yg mengaku mencintai Rasulullah SAW. Sebaik2 seruan da’wah dilakukan oleh negara yg akan menyerukan da’wah Islam ke seluruh penjuru dunia melalui jihad fi sabilillah tp ketika tdk adanya negara Khilafah Islam maka yg berperan mengemban da’wah Islam dpt dilakukan secara berjama’ah sebab beban & tanggung jawab bukanlah perkara yg ringan.

Rintangan & tantangan da’wah jg begitu berat krn akan terus terjadi pertarungan antara yg haq & yg bathil. Dgn mengikuti metode da’wah Rasulullah SAW & berda’wah dgn penuh keikhlasan serta kesabaran maka in syaa Allah perubahan ummat akan dpt terwujud nyata baik perubahan individu, masyarakat maupun bernegara dgn jalan menerapkan Syari’at Islam secara kaffah dlm seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Kamis, 14 April 2016

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman,

{۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا}.
{وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا} [الإسراء : 23-24]

Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia & hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” & janganlah engkau membentak keduanya, Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yg baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang & ucapkanlah, “Wahai Tuhanku sayangilah keduanya karena mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil (QS.Al-israa’:23-24).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tazkiyatun an-nafs (membersihkan jiwa) yakni perintah berbakti kpd kedua orang tua.

Islam sbg agama yg mulia & sempurna tlh memerintahkan kpd orang2 yg beriman utk berbakti kpd kedua orang tua. Tdk ada anak tanpa peran orang tua. Dari orang tuanyalah, seorang anak bisa lahir. Atas asuhan, kasih sayang & didikan dari orang tuanya pula, seorang anak bisa tumbuh & berkembang, baik dari segi fisik maupun kepribadiannya.

Kedua orang tua adl manusia yg paling berjasa & utama bagi diri seseorang. Tak dpt kita bayangkan tanpa peran kedua orang tua akan menjadi manusia apa kita hari ini. Allah SWT tlh memerintahkan manusia utk berbakti kpd kedua orang tuanya sebab keridhoan Allah itu ada pd keridhoan orang tua, termasuk murka Allah jg ada pd murka orang tua.

Disadari atau tdk era modern sekarang nilai2 westernisasi yg bersumber dari ideologi Kapitalisme tlh mempengaruhi pola fikir umat Islam shg tdk sedikit diantara kaum muslimin yg tdk lg menghargai & berbakti kpd kedua orang tuanya. Seolah2 setelah anaknya dibesarkan, dididik & mampu utk mandiri sendiri sang anak tdk lg memiliki kewajiban utk berbakti kpd kedua orang tuanya. Betapa sedih perasaan orang tua ketika ia tlh berada diusia ujung senja tp ditinggalkan oleh anak2nya seorang diri. Tiada lg yg mau merawat & menemani hidupnya bahkan ada yg menitipkan kedua orang tuanya dipanti jompo.

Sebuah hadist
Dari Abu Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda,

« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

Artinya : Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina. Ada yg bertanya, Siapa, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, (Sungguh hina) seorang yg mendapati kedua orang tuanya yg msh hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka tlh tua, namun justru ia tdk masuk surga.(HR.Muslim).

Berbakti kpd kedua/birrul walidayn hukumnya adl Wajib. Imam Qurthubi rahimahullahu mengatakan : berbakti kpd kedua orang tua adl memenuhi apa yg menjadi keinginan mrk selama hal itu bukan perkara maksiat walaupun apa yg mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah/boleh pd asalnya.
(Ref : Kitab Tafsir Al-jami’ li ahkam Al-quran jilid 6 hal 238).

Pd ayat diatas Allah SWT berfirman: Wa qadha Rabbuka (Dan Tuhanmu telah memerintahkan). Menurut Ibnu ‘Abbas r.a, Al-Hasan & Qatadah sebagaimana dikutip Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhith kata qadha berarti amara (memerintahkan). Imam al-Qurthubi juga memaknainya dengan amara wa alzama wa awjaba (memerintahkan, mengharuskan, dan mewajibkan). Bahkan As-Syaukani rahimahullahu memaknainya sebagai amara amr[an] jazm(an) wa hukm(an)qath(an) hatma(an) mubrim(an)(memerintahkan dgn perintah yg pasti, hukum yg qath’i & keputusan yg pasti).

Perkara yg diperintahkan dlm ayat diatas adl: alla ta’budû illa iyyahu (supaya kamu jgn menyembah selain Dia). Bhw manusia hanya boleh menyembah & beribadah kpd Allah SWT. Tdk boleh sama sekali menyembah selain-Nya & menyekutukan-Nya dgn yg lain (lihat QS An-Nisa’ : 36). Berkenaan dgn ayat ini, Sihabuddin al-Alusi berkata, “Dan Allah SWT memerintahkan agar tdk menyembah selain-Nya krn ‘ibadah merupakan ghayat al-ta’zhîm (puncak pengagungan). Dan ini tdk layak kecuali kpd Dzat yg memiliki puncak keagungan, Pemberi nikmat dgn berbagai kenimatan yg besar. Dan selain Allah SWT tidaklah denikian.” Penjelasan senada jg dikemukakan Fakhruddin Al-Razi dalam Tafsîr Al-Kabir.

Perintah berikutnya adalah: wa bi al-walidayni ihsan(an) (dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya). Jika thp Allah SWT diperintahkan beribadah, maka thp sesama makhluk-Nya diperintahkan berbuat ihsan & belas kasihan. Dan orang yg paling berhak mendapatkannya adl orang tua. Sebab, merekalah yg paling banyak berjasa. Sementara bersyukur kpd pemberi nikmat adl wajib. Allah SWT berfirman:

Artinya : Bersyukurlah kpd-Ku & kpd dua orang ibu bapakmu (QS Luqman: 14).

Rasulullah SAW jg bersabda : Barangsiapa yg tdk bersyukur kpd manusia, maka dia tdk bersyukur kpd Allah, (HR.Tirmidzi & Ahmad dari Abu Sai’d Al-Khudri).

Didahulukannya kata al-walidayn menunjukkan syiddah al-ihtimam (kuatnya perhatian). Sedangkan digunakan ihsan[an] dlm bentuk nakirah, menunjukkan al-ta’zhîm. Artinya, Tuhanmu memerintahkan agar kalian berbuat baik kpd kedua orang tuamu dgn kebaikan yg agung lagi sempurna. Demikian penjelasan Fakhruddin al-Razi.
(Ref : Tafsir Al-wai’e, KH.Rohmat Labib).

Diantara adab utk berbakti kpd kedua thp kedua orang tua adl : mentaati mrk selama tdk bermaksiat kpd Allah, merendahkan diri dihadapan mrk, berbicara dgn perkataan yg lembut, mendengar nasehat mrk, merawat mrk, menyediakan makanan bagi mrk, meminta izin kpd mereka bila hendak pergi, memberikan sebahagian harta kpd mrk, bila mampu memberangkatkan mrk utk beribadah haji & umrah sebagaimana kisah Uwais Al-qarni r.a yg rela menggendong ibunya dari Negeri Yaman ke Makkah Al-mukaramah & slalu mendo’akan mrk.

Bila mrk tlh tiada atau tlh wafat : menshalati jenazahnya, senantiasa mendoakan mrk, menunaikan janji atau wasiat mrk & melunasi hutang mrk bila ada, memuliakan teman2 mrk,menyambung silaturohim dgn kerabat Ibu & ayah.

Tdk sedikit didapati ada orang tua yg tlh tua diujung senja tp ia hidup seorang diri & ia hrs bersusah payah utk mencari penghidupannya sendiri. Pd hal anak2 nya sdh ia hantarkan menjadi manusia yg berguna & bermanfaat bagi manusia banyak tp mrk lalai dgn menyia-nyiakan orang tuanya yg msh hidup. Seolah2 anak2 nya lupa bhw mrk ada krn dilahirkan oleh ibunya & mrk berguna krn jerih payah perjuangan & pengorbanan ayahnya. Semoga kita semua dijauhkan dari sikap durhaka kpd kedua orang tua.

Ya Allah..jadikanlah kami anak2 yg soleh & soleha yg berbakti kpd kedua orang tua kami.

اللهم غفرلنا ذنوبنا ولوالديناورحمهما كماربايناصغرا.

Amin Ya Allah..

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Selasa, 12 April 2016

Ekonomi Syari’ah : Hukum Jual Beli Kredit

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا} [النساء : 29]

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu..(QS.An-Nisaa’:29).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang ekonomi syrari’ah yakni hukum jual beli kredit didlm Islam.

Manusia sbg makhluk sosial senantiasa berinteraksi dgn manusia yg lainnya utk meraih kemaslahatan hidup, hal ini yg disebut dgn muamalah. Islam tlh mengatur dgn jelas tentang konsep ekonomi termasuk dlm hal jual beli. Perkara muamalah jual beli tdk dpt dipandang sebelah mata sebab perkara ini terkait erat dgn upaya memiliki harta & mengembangkan harta.

Kata البيع berasal dari kata Ba’a-yabi’u-ay’(an). Artinya adl dhiddu isytarâ (lawan dari membeli). البيع secara bahasa jg berarti pertukaran (mubâdalah) secara mutlak.  Al-imam Ash-Shan’ani rahimahullahu di dlm kitab Subul As-Salam menyebutkan, Al-bay’ secara syar’i adl pemilikan harta dgn harta dgn jalan suka sama suka. Dikatakan pula al-bay’ adl ijab & qabul pd 2 harta yg di dalamnya tdk ada makna derma (tabarru’). Namun, pengertian ini masih kurang krn tdk mencakup al-mu’âthâh. Dikatakan juga, al-bay’ adl pertukaran harta dgn harta tdk dlm bentuk tabarru’ shg pengertian ini mencakup al-mu’athah.

Jual-beli adl aktivitas yg masyru’ (disyariatkan). Hal itu berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, As-Sunnah & Ijmak Sahabat. Di dalam Al-Quran secara gamblang Allah SWT menghalalkan jual-beli.

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَوا

Artinya : Allah telah menghalalkan jual-beli & mengharamkan riba (QS.Al-Baqarah: 275).

Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat Annisaa’ ayat 29 diatas, Allah SWT melarang hamba2 Nya yg beriman memakan harta sebagian dari mrk atas sebagian yg lain dgn cara yg bathil, yakni melalui usaha yg tdk diakui oleh syariat, seperti dgn cara riba & judi serta cara2 lainnya yg termasuk ke dlm kategori tersebut dgn menggunakan berbagai macam tipuan & pengelabuan. Sekalipun pd  lahiriahnya cara2 tsb memakai cara yg diakui oleh hukum syara’ tp Allah lebih mengetahui bhw sesungguhnya para pelakunya hanyalah semata2 menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah (tipu muslihat). Demikianlah yang terjadi pada kebanyakannya.
(Ref : Tafsir Ibnu Katsir, Daar Ibnu Hazm hal 466)

Allah SWT menegaskan kpd orang2 yg beriman bhw manusia diberi kebebasan utk melakukan akad transaksi yg menjadi syarat peralihan kepemilikan, selama di sana ada unsur saling ridha. Baik transaksi sepihak (tabarru’at), seperti sedekah, hibah, infaq atau transaksi 2 pihak (muawwadhat), seperti jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar dsb.

Transaksi jual beli dpt dilakukan baik secara tunai maupun secara kredit atau cicilan. Jual beli sistem cicilan dgn uang muka/DP (down payment) dikenal dgn istilah Al-bai’ bi ad-dain atau Al-bai’ bi at-taqsith. Semuanya berarti jual beli dgn penyerahan barang pd saat akad tp pembayarannya dilakukan secara tertunda. Pembayaran tertunda ini dpt dilakukan sekaligus pd 1 waktu atau dicicil dlm beberapa kali cicilan.
(Ref : Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, kitab Al-Mu’amalah Al-Maliyah Al-Muashirah, hal. 311; Yusuf As-Sabatin, Al-Buyu’ Al-Qadimah wal Mu’ashirah, hal. 84).

Jumhur fuqaha sprti ulama mazhab yg 4 (Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah, Hanabilah) membolehkan jual beli kredit, meski penjual menjual barang dgn harga kredit yg lbh mahal dari pd harga kontan. Inilah pendapat yg kuat/rajih.
(Ref : Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, kitab Al-Mu’amalah Al-Maliyah Al-Muashirah, hal. 316, Imam Asy-Syaukani, kitab Nailul Authar, 8/199, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, kitab Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, 2/307).

Dalil kebolehan jual beli kredit adl keumuman dalil2 yg tlh membolehkan jual beli sprti ayat diatas. Juga berdasarkan Hadist Nabi SAW

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Penjual dan pembeli memiliki pilihan selama belum berpisah. Jika keduanya jujur & transparan maka keduanya diberkahi dalam jual-belinya. Sebaliknya, jika keduanya menutup-nutupi (cacat barang) & berbohong maka keberkahan dihapus dari jual beli keduanya (HR.Bukhari)

Kata jual beli ini bersifat umum, mencakup jual beli kredit. Diriwayatkan bhw Thawus, Al-Hakam & Hammad berkata bhw tidaklah mengapa kalau penjual berkata kpd pembeli, Aku jual kontan kpdmu dgn harga sekian & aku jual kredit kpdmu dgn harga sekian lalu pembeli membeli dgn salah 1 dari 2 harga itu. (Hisyam Barghasy, Hukum Jual Beli Secara Kredit hal 75).

Namun dlm konteks aqad transaksi jual beli kredit hari ini perlu difahami beberapa hal :

1. Status kepemilikan barang yg dibeli melalui kredit leasing atau finance adl hak sewa bukan hak milik kecuali kalau sdh lunas cicilan maka menjadi hak milik pembeli. Hal ini adl aqad yg bathil sebab jual beli didlm Islam status barang yg sdh dibeli adl milik sipembeli meskipun statusnya adl hutang. Terkait jaminan barang konteks pembahasannya berbeda.

2. Didlm sistem jual beli kredit hari ini setiap terlambat dlm membayar cicilan hutang setiap bulannya akan dikenai denda. Semakin lama tertunda pembayaran cicilan hutang maka semakin besar nilai dendanya maka hal ini termasuk perkara riba nasyi’ah, sedangkan riba hukumnya adl Haram. Lihat QS.Al-baqarah:275.

3. Didlm sistem jual beli kredit hari ini bila terjadi kredit macet atau gagal bayar maka barang yg diperjual belikan akan disita oleh finance & seluruh cicilan pembayaran hutang & DP yg sdh dibayarkan oleh nasabah dianggap uang sewa alias hangus. Aqad sprti ini mengandung kedzaliman dimana sepihak diuntungkan & pihak yg lain dirugikan.

Jual beli kredit didlm Islam bila terjadi kredit macet maka dpt diambil solusi bila sipembeli tdk mampu lg utk mencicil pembayarannya maka dpt menjual kembali barang yg ia beli kpd pihak ketiga lalu uang hasil penjualannya utk melunasi sisa hutangnya. Jika msh ada sisa uangnya maka hal itu adl menjadi miliknya.

Dgn demikian berbeda fakta aqad antara jual beli kredit didlm Islam dgn aqad kredit jual beli dlm sistem Kapitalisme shg hukumnya jg berbeda. Hukum jual beli kredit sistem Kapitalisme sdh tentu Haram dgn berbagai macam penjelasan diatas, sedangkan transaksi jual beli kredit didlm Islam selama tdk terkandung riba & aqad yg bathil maka hukumnya adl mubah.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin#

Politik Islam : Mengoreksi Penguasa

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Hadist Hari Ini :

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya : ”Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang adil (haq) kepada penguasa (sulthan) yang zalim.” (HR.Abu Dawud no.4.346, Tirmidzi no. 2.265, dan Ibnu Majah no 4.011).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang politik Islam yaitu mengoreksi penguasa penguasa sbg seutama2 jihad.

Sistem politik Islam berbeda dgn sistem politik yg lainnya sprti Demokrasi, Monarki, Kekaisaran, Federasi atau Teokrasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan asas yg melandasinya & perbedaan ide serta orientasinya. Asas politik Islam adl tauhid & aqidah Islam, sementara ide pemikirannya adl Syari’at Islam yg bersumber dari Al-Quran & Al-hadist serta orientasinya adl utk meraih ridho Allah SWT.

Didlm sistem politik Demokrasi yg menganut Trias Politika menjadikan legislatif sbg lembaga wakil rakyat yg bukan hanya berfungsi sbg legislasi (pembuat hukum) semata akan tp jg sbg lembaga kontrol thp lembaga eksekutif (check & balance).

Prof.Miriam Budiarjo menjelaskan, badan legislatif berkewajiban utk mengawasi aktivitas badan eksekutif agar supaya sesuai dgn kebijaksanaan yg tlh ditetapkannya. Pengawasan dilakukan melalui sidang panitia legislatif & melalui hak2 kontrol yg khusus sprti hak bertanya, interpelasi, hak angket & mosi tak percaya.
(Ref : Dasar-dasar ilmu politik, PT.Gramedia, hal 184).

Didlm politik Islam seorang Khalifah (penguasa) bukanlah orang yg otoriter yg anti thp kritik dari rakyatnya sebab seorang Khalifah adl wakil ummat utk mengurusi urusan kehidupan manusia & sekaligus penjaga aqidah & syari’ah. Seorang Khalifah jg bukan manusia suci yg terlepas dari kesalahan maupun dosa sebagaimana keyakinan orang2 Syi’ah thp imamnya. Sistem Khilafah adl sistem pemerintahan yg berasal dari Allah SWT akan tp yg menjalankannya adl manusia yg sangat berpotensi melakukan kelalaian, kealfaan ataupun dosa.

Salah satu bentuk aktivitas politik Islam adl melakukan koreksi thp kebijakan penguasa ketika menyimpang dari prinsip2 ajaran Islam. Aktivitas ini dpt dilakukan oleh individu, jama’ah maupun lembaga representatif ummat (majelis ummat). Aktivitas mengoreksi penguasa bagian dari aktivitas menyerukan yg ma’ruf & mencegah dari yg mungkar. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ .( رواه مسلم)

Artinya :“Barangsiapa diantara kamu yg melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dgn tangannya, jika ia tdk mampu maka dgn lidahnya, jika tdk mampu maka dgn hatinya & itulah selemah2 iman “(HR.Muslim).

Mengutip Ulasan Ust.Syamsudin ramadhan, Hukum mengoreksi penguasa (muhasabah li alhukkam) adl fardhu atas kaum muslimin. Benar, seorang penguasa wajib ditaati walaupun mrk melakukan kedzaliman & memangsa hak2 rakyat. Akan tp taat kpd penguasa lalim bukan berarti meniadakan kewajiban melakukan koreksi atas diri mrk atau berdiam diri thp kemungkaran mrk.(Ref : Panduan lurus memahami Khilafah Islamiyyah menurut kitab kuning).

Mengoreksi Penguasa Bukan Ghibah.

Mengkritik penguasa di muka umum hukumnya boleh & tdk termasuk ghibah yg dilarang dlm Islam. Dalilnya ada dua yaitu :

1. Dalil2 mutlak mengenai kritik kpd penguasa bagian dari aktivitas amar ma’ruf & nahyi mungkar sprti hadist :

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya : ”Seutama2 jihad adl menyampaikan kalimat yg adil (haq) kpd penguasa (sulthan) yg zhalim.” (HR. Abu Dawud no.4.346).

Dalil ini mutlak, yakni tanpa menyebut batasan tertentu mengenai cara mengkritik penguasa, apakah secara terbuka atau tertutup. Maka boleh hukumnya mengkritik penguasa secara terbuka, berdasarkan kemutlakan dalil tsb sesuai dgn kaidah ushul fiqh :

العطلق يجري على عطلق مالم يرد الدليل يدل على التقيد

Artinya : Dalil mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang menunjukkan batasan/syarat). (Ref : M. Abdullah Al Mas’ari, kitab Muhasabah Al-Hukkam, hlm. 60).

Bolehnya mengkritik secara terbuka jg diperkuat dgn praktik para shahabat Nabi Muhammad SAW yg sering mengkritik para Khalifah secara terbuka. Diriwayatkan dari ‘Ikrimah r.a, Khalifah Ali bin Abi Thalibr.a tlh membakar kaum zindiq. Berita ini sampai kpd Ibnu Abbas r.a, maka berkatalah Ibnu Abbas r.a :

لو كنت أنا لم أحرقهم، لنهي رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تعذِّبوا بعذاب الله. ولقتلتهم، لقول رسول الله صلى الله عليه وسلم: من بدَّل دينه فاقتلوه

Artinya : ”Kalau aku, niscaya tdk akan membakar mereka krn Nabi SAW tlh bersabda, Janganlah kamu menyiksa dgn siksaan Allah (api) & niscaya aku akan membunuh mereka krn sabda Nabi SAW, Barangsiapa mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” (HR. Bukhari no. 6.524). Hadits ini jelas menunjukkan Ibnu Abbas tlh mengkritik Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a secara terbuka di muka umum. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al I’lam fi Al Daulah Al Islamiyah, hlm.25).

2. Adanya dalil2 bhw mengkritik penguasa yg zhalim tidaklah termasuk ghibah yg diharamkan dlm Islam. Imam Nawawi rahimahullahu didalam kitab Riyadhus Shalihin tlh menjelaskan banyak hadits Nabi SAW yg membolehkan ghibah2 tertentu sbg perkecualian dari hukum asal ghibah (haram).

Misalnya, hadits dari ‘A’isyah radhiyallahu ‘anha :

عن عائشة رضي الله عنها أن رجلاً استأذن على النبي صلى الله عليه وسلم، فلما رآه قال: (بئس أخو العشيرة، وبئس ابن العشيرة)

Artinya : “Seorang laki2 minta izin (untuk bertemu) Nabi SAW, kemudian Nabi SAW bersabda, Dia adl saudara yg paling jahat bagi keluarganya atau anak yg paling jahat di tengah2 keluarganya.”(HR. Bukhari no 5.685 & Muslim no.2.591).

Hadits ini menunjukkan Nabi SAW telah melakukan ghibah, yaitu menyebut seseorang di hadapan umum lantaran kejahatan orang itu.

Berdasarkan dalil2 semacam ini, para ulama tlh menjelaskan bhw ghibah di hadapan umum kpd orang yg jahat, termasuk jg penguasa yang zalim, hukumnya boleh. Imam Ibnu Abi Dunya rahimahullahu meriwayatkan pendapat Ibrahim An Nakha`i (seorang tabi’in) yg berkata :

ثلاث لا يعدونه من الغيبة : الامام الجائر والمبتدع والفاسق المجاهر بفسقه

Artinya : Ada tiga perkara yg tdk dianggap ghibah oleh mereka (para shahabat), yaitu; imam yg zalim, orang yang berbuat bid’ah & orang fasik yg terang2 an dgn perbuatan fasiknya.

Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata :

ثلاث ليس لهم غيبة : صاحبهوىوالفاسق المعلن بالفسق والامام الجائر

Artinya : Ada tiga orang yg boleh ghibah padanya, yaitu; orang yg mengikuti hawa nafsu, orang fasik yg terang2 an dgn kefasikannya & imam yg zhalim.” (Ibnu Abi Dunya, kitab Al-Shumtu wa Adabul Lisan, hlm. 337 & 343).

Memang ada ulama yg mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits Iyadh bin Ghanam, bhw Nabi SAW berkata

من أراد أن ينصح لسلطان بأمر فلا يبد له علانية ولكن ليأخذ بيده فيخلو به فإن قبل منه فذاك وإلا كان قد أدى الذي عليه له

Artinya : ”Barangsiapa hendak menasehati penguasa akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang2 an tp peganglah tangan penguasa itu & pergilah berduaan dengannya. Jika dia menerima nasehatnya, itu baik, kalau tdk, orang itu tlh menunaikan kewajibannya pd penguasa itu.” (HR.Ahmad, Al Musnad, Juz III no. 15369).

Namun hadits ini dha’if shg tdk boleh dijadikan hujjah krn 2 alasan : 1. Sanadnya terputus (inqitha’) & 2. Ada periwayat hadits yg lemah, yaitu Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy. (M. Abdullah Al Mas’ari, Muhasabah Al Hukkam, hlm. 41-43).

(Ref : http://ift.tt/1LFqgdu).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Mari raih amal soleh dgn share tulisan da’wah ini. Barakallahu fiikum.

Fiqh wanita : Thalaq Perkara Yang  Dibenci Allah SWT

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :

{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ ۖ لَا تُخْرِجُوهُنَّ مِن بُيُوتِهِنَّ وَلَا يَخْرُجْنَ إِلَّا أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ ۚ لَا تَدْرِي لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَٰلِكَ أَمْرًا} [الطلاق : 1] Artinya :
Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yg wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka & janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah & barangsiapa yg melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yg baru.(QS.Ath-thalaq:1).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas fiqh wanita yaitu tentang Thalaq perkara yg dibenci oleh Allah SWT.

Didlm Islam pernikahan adl bagian dari ibadah & termasuk salah satu sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda,

أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّي َلأَخْشَاكُمْ ِللهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

Artinya : “Benarkah kalian telah berkata begini & begitu? Demi Allah, sesungguhnya akulah yg paling takut kpd Allah & paling taqwa kpd-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa & aku berbuka, aku shalat & aku pun tidur, Dan aku jg menikahi wanita. Maka, barang siapa yg tdk menyukai Sunnahku, ia tdk termasuk golonganku.”(HR.Bukhari no.5.063).

Didlm menjalani kehidupan rumah tangga senantiasa dihadapkan oleh berbagai macam riak2 gelombang yg kecil maupun yg besar bahkan terjadi badai shg mengancam bahtera rumah tangga. Bila sang Nakhoda rumah tangga tdk arif & bijaksana didlm mengendalikannya maka bahtera rumah tangga alamat akan tenggelam.

Seiring dgn waktu angka perceraian semakin meningkat tajam. Menurut data rekapitulasi Dirjen Badan Peradilan Agama (BPA) MA RI H.Wahyu Widiana tercatat dari 33 pengadilan agama se- Indonesia sejak tahun 2005 angka perceraian naik drastis hingga 70 % pertahun. Pd tahun 2011 tercatat 320.000 perkara.
Angka perceraian pasangan suami-istri di kota Batam terbilang tinggi. Tiap tahun, rata2 Kantor Pengadilan Agama Batam memutus cerai 1.700 pasangan. Sepanjang tahun 2014, dari 1.768 kasus yg ditangani Pengadilan Agama, sebanyak 1.243 di antaranya merupakan gugatan pihak istri.
(Ref : Batam Pos, 26/01/2015).

Thalaq diambil dari perkataan  al- itlaq  yg berarti  al-irsal & at-tarku yg berarti melepaskan atau meninggalkan.
(Ref : Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, jilid.2, Bairut: Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1973/1392, hal. 241).

Thalaq atau cerai secara istilah adl lepasnya ikatan pernikahan yg sah dgn menyebutkan lafaz thalaq & semakna dengannya. Penyebab perceraian bermacam2 mulai dari masalah ekonomi, perselingkuhan, kurangnya komunikasi, intervensi keluarga, ketiadaan keturunan maupun masalah biologis. Didlm Islam ikatan pernikahan adl ikatan yg kuat (mitsaqan ghalizah) yg tdk hanya berdimensikan nilai2 sosial semata tp jg berdimensikan spritual. Setiap pasangan suami & isteri yg tlh melakukan aqad pernikahan tdk ada yg mengharapkan & menginginkan suatu saat kelak akan terjadinya perceraian. Namun tdk sedikit pernikahan yg gagal menghantarkan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah & berakhir diujung perceraian.

Perceraian adl perkara yg boleh tp sangat dibenci oleh Allah SWT. Sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar r.a ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,

أَبْغَضُ الْحَلاَلِ عِنْدَ اللهِ الطَّلاَقُ.

Artinya : Perkara halal yg paling dibenci oleh Allah adl thalaq.(HR.Ibnu Majah, hadist ini dhaif krn terdapat perawi Ahmad bin yunus).

Perceraian diperbolehkan jika utk menghindari bahaya yg mengancam salah satu pihak antara suami & isteri. Rukun thalaq ada 3 yaitu : Suami yg menthalaq, Isteri sbg obyek yg akan dithalaq & lafaz yg menunjukan adanya thalaq baik diucapkan secara jelas maupun sindiran. Para ulama membagi hukum thalaq menjadi  5 :

1. Wajib bila perselisihan antara suami isteri tdk dapat didamaikan lagi.

2. Haram bila suami menceraikan dlm keadaan haid & nifas atau langsung menthalaq 3 sekaligus.

3. Sunnah: Bila suami tdk lagi mampu menafkahi.

4. Makruh: Menthalaq isteri yg soleha.

5. Mubah: Bila suami yg lemah syahwat atau isteri.

(Ref : Syaikh Kamil Muhammad, Kitab Fiqh Wanita hal 456, Pustaka Al-kautsar).

Thalaq dilihat dari boleh tidaknya rujuk dibagi menjadi dua, yaitu: thalaq raj’i & thalaq ba-‘in. Thalaq ba-‘in terbagi lagi menjadi dua, yaitu: thalaq ba’in shughra & thalaq ba‘in kubra.

a. Thalaq raj’i adl seorang suami yg menthalaq istrinya yg sdh dicampuri tanpa menerima pengembalian mahar dari pihak istri & belum didahului dgn thalaq sama sekali atau baru didahulu dgn thalaq satu kali.

b. Thalaq ba‘in adl thalaq yg terjadi setelah masa ‘iddah istri krn thalaq raj’i tlh selesai & hal ini menjadikan suami tdk dpt merujuk istrinya lagi.

Mengembalikan keutuhan rumah tangga yg harmonis memang tdk mudah, butuh kesabaran & komitmen yg kuat diantara pasangan suami isteri. Secara jujur perlu diakui bhw pd saat seseorang menikah maka tdk ada yg ingin adanya perceraian dlm rumah tangganya tp itulah realitas kehidupan semuanya tdk seindah yg dibayangkan.

Bila memang tdk dpt dipersatukan kembali ikatan pernikahannya & bila terus dipertahankan akan menimbulkan mudharat yg lbh besar maka thalaq adl solusi yg terbaik.

Ya Allah..jagalah keutuhan rumah tangga kaum muslimin dari kehancuran & jadikan rumah tangga kaum muslimin keluarga yg sakinah mawaddah wa rahmah. Amin ya Allah..

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Mari raih amal soleh dgn share tulisan da’wah ini. Barakallahu fiikum