Jumat, 22 April 2016

Aqidah Islam : Memahami Makna Tawakkal

بسم الله الرحمن الرحيم

Pelajaran Hadist Hari Ini :

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه أحمد)

Artinya : Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang aqidah Islam yakni memahami makna tawakkal.

Tak jarang kita mendengar pernyataan, ya sudah bertawakkal & berserah diri kpd Allah SWT saja yg terpenting kita sdh berusaha & berdoa. Adakah pernyataan ini yg salah? Pernyataan tsb tdk salah tp kurang tepat sebab pemahaman tawakkal sepertinya tlh keluar dari makna yg sesungguhnya.

Tawakkal merupakan natijah keimanan yaitu keyakinan kalbu bhw Allah satu2 nya zat yg maha segala2 nya krn itu lemahnya tawakal kpd Allah SWT jg dipengaruhi oleh lemahnya keimanan. Oleh krn itulah Al-imam Ghazali rahimahullahu didlm kitab Al-ihya ‘ulumuddin mengkaitkan antara Tauhid dgn tawakkal dlm satu pembahasan.

Tawakkal berasal dari kata :

توكل – يتوكل – توكل

Yg artinya menjadikan yg lain sbg wakil, yaitu zat yg mewakili diri seseorang dlm urusan tertentu. Orang yg diserahi urusan tsb dpt disebut wakil, sedangkan orang yg menyerahkan urusan tsb disebut muttakil, sedangkan orang yg menyerahkan urusan tsb disebut muttakil ‘alaihi. Yaitu apabila orang tsb merasa puas dgn orang yg mewakilinya & mempercayainya serta tdk mempunyai persepsi bhw orang tsb mempunyai kekurangan atau mempunyai keyakinan bhw orang tsb tdk mempunyai kelemahan & kekurangan.
(Ref : KH.Hafiz Abdurrahman, Islam Politik & Spritual, Penerbit Lisan Ul-haq Singapore, cet I hal 154, 1998).

Al-imam Al-alusi rahimahullahu mendefenisikan tawakkal adl : sikap menampakkan kelemahan & ketergantungan kpd yg lain serta merasa cukup hanya kpd-Nya dlm melakukan aktivitas yg diperlukannya.
(Ref : Kitab Tafsir Ruh Al-ma’ani, juz IV hal 107).

Al-imam Ghazali rahimahullahu mengatakan, Keadaan orang yg bertawakkal kpd Allah SWT adl seperti keadaan bayi dgn ibunya. Bayi itu tdk pernah mengetahui yg lain serta tdk pernah menyerahkan semua urusannya kecuali kpd ibunya. Ibulah yg pertama kali ia bayangkan apabila ia membayangkan yg lain. Hal ini menuntut utk meninggalkan doa & meminta kpd yg lain kpd selain Allah SWT krn keyakinannya pd kemuliaan & kasih sayang-Nya.
(Ref : Kitab Mukhtasyar Ihya ‘ulumuddin hal 236).

Al-imam Ibnu Qoyyim Al-jauziyah rahimahullahu menjelaskan,
Tawakal merupakan amalan & ubudiyah/penghambaan hati dgn menyandarkan segala sesuatu hanya kpd Allah, tsiqah thp-Nya, berlindung hanya kpd-Nya & ridha atas sesuatu yg menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bhw Allah akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya dgn tetap melaksanakan sebab2 serta usaha keras utk dpt memperolehnya.”
(Ref : Kitab Arruh fi Kalam ‘ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, hal 254).

Pemahaman tentang tawakkal tdk bermakna bila keliru dlm memahami hadist :

Pada suatu sore ada seorang lelaki datang menghadap Rasulullah SAW. Dia berkeinginan ‎meninggalkan begitu saja unta kendaraannya tanpa diikat di depan masjid. Dia kemudian berkata, “Ya Rasulullah, aku ‎harus mengikat unta itu ataukah bertawakal, atau meninggalkan begitu saja tanpa diikat kemudian ‎bertawakal? Rasulullah ‎SAW menjawab,“Ikatlah, baru kemudian bertawakal.”(HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik)‎.

Hadist ini bukan difahami agar dpt mencegah asumsi tentang tawakkal bhw dgn tawakkal seseorang tdk perlu lg melakukan hukum Sebab-Akibat sbg bagian dari dari pd tawakkal & bukan jalan yg terpisah. Akibatnya cita2 kaum muslimin menjadi lemah, azzamnya menjadi turun & pandangan hidupnya menjadi sempit. Akhirnya mrk merasa lemah & mempunyai keyakinan bhw kemampuan mrk terbatas serta tdk akan dpt melakukan sesuatu kecuali apa yg tampak dihadapan mrk.

Hadist diatas justru mengajarkan agar melakukan hukum Sebab-Akibat disamping tawakkal kpd Allah SWT. Dgn kata lain tdk cukup hanya bertawakkal kpd Allah SWT saja, sedangkan hukum Sebab-Akibat ditinggalkan. Adapun hukum Sebab-Akibat yg disebutkan adl mengikat unta agar tdk hilang. Apabila unta tsb tdk diikat pastinya akan lari & hilang.

Dgn demikian melakukan tawakkal kpd Allah SWT adl kewajiban bagi setiap mukmin ketika hendak melakukan suatu perbuatan. Adapun cara melakukannya adl : berazzam (bertekad), tawakkal & bekerja atau berusaha. Dlm hal ini perlu dibedakan antara aqidah & hukum syara’. Dimana azzam & tawakkal adl bagian dari perbuatan kalbu yg merupakan wilayah aqidah Islam, sedangkan kewajiban mengusahakan hukum sebab-akibat atau faktor2 yg menentukan tercapainya tujuan adl masalah Hukum Syara’. Allah SWT berfirman,

عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَوَكِّلِيْنَ.

Artinya : Apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya” (QS.Ali-Imran:159 ).

{ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق : 3]

Artinya : Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.Ath-Thalaq:3).

Semoga kita termasuk hamba2 Allah SWT yg beriman yg senantiasa bertawakkal kpd-Nya setiap saat.

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

#Syari’ah & Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil’alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar