Sabtu, 10 September 2016

Memahami Tujuan Surat Al Kahfi (2)

B. KETERKAITAN ANTARA EMPAT KISAH

Jika kita mengingat catatan sebelumnya, kita temukan empat kisah dalam surat Al Kahfi serentak menceritakan tentang peran iman. Ashabul Kahfi yang sebab imannya, mereka teguh memegang prinsip ketauhidan. Pemilik dua kebun yang sebab tidak berimannya, ia berbangga diri dan menafikan hari akhir. Khidir yang bersama imannya, ia tunduk atas perintah Allah. Serta Raja timur dan barat, sebab imannya, kekuasaan pun jabatan memberkah bagi kaumnya.

Beginilah jelitanya Al Quran. Ia tidak mengungkap kisah secara terpisah-pisah tanpa ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam kitab Khowathir Qur’aniyah karangan Amru Kholid berbeda lagi. Kali ini, benang merah dari keempat kisah yang menjadi penghubung ialah gambaran fitnah (ujian) utama yang dihadapi manusia.

1. Fitnah agama, di mana seseorang mendapatkan ujian baik siksaan atau gangguan sebab berpegang teguh dengan apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Banyak sekali di kehidupan kini yang menjadi fitnah agama kita. Pun fitnah inilah yang menimpa Ashabul Kahfi dahulu, dan sejarah mengisah-indahkan mereka selamat dari fitnah ini.

2. Fitnah kekayaan, fitnah inilah yang menimpa pemilik dua kebun. Ia tertipu kekayaan, hingga menyeretnya pada kufur terhadap hari akhir. Teringat satu kisah, kala itu Rasulullah memerintahkan sahabatnya agar turut berperang, karena darinya akan ada ghanimah yang banyak. Lalu sahabat itu berkata bahwa ia mengikuti perang bukan karena ghanimah, tapi karena Allah dan Rasul-Nya. Dan bagaimana Rasulullah menjawab? Ketahuilah kekayaan (harta) akan menjadi baik bila dipegang oleh orang sholih. Sebaliknya, akan celaka bila digunakan ‘tuk berbuat nista.

3. Fitnah ilmu, di mana seseorang terkagum dengan ilmunya sendiri, dan menyangka tidak ada seorang pun yang mengetahui seperti yang ia ketahui. Dikisahkan dalam shahihain, dari Ubay bin Ka’ab, tatkala Musa tengah berkhutbah di depan kaum israil, ia ditanya tentang siapakah manusia yang paling pandai. Dan Musa menjawab, ‘anaa’, ya, saya manusia paling pandai.

Maka Allah mewahyukan kepadanya agar berjumpa dengan seorang hamba yang lebih mengetahui, ialah Khidir. Lantas ketika Musa menemukannya, apakah ia enggan belajar lagi berbangga diri akan ilmunya? Tidak. Tapi Musa lantas berucap tunduk lagi tawadhu’, bolehkan saya mengikutimu agar kamu mengajarkan kepadaku ilmu? Lagi-lagi, Allah kisahkan pemeran selamat dari fitnah.

4. Fitnah kekuasaan, di mana seseorang yang dikaruniai kemampuan hebat, pengaruh yang luas, kekuasaan yang besar terkadang malah mengantarkannya pada kebanggaan. Kufur terhadap nikmat Rabb nya, dan menganggap remeh sesama. Maka kisah Dzul Qornain hadir menggambarkan sebaliknya. Ia sebagai pemimpin yang adil, menyandarkan keutamaan dan kekuatannya hanya kepada Allah.

Demikian gambaran umum fitnah dari surat Al Kahfi yang bisa kita cermati. Dalam suatu hadits dikatakan bahwa fitnah terbesar dari segala fitbah ialah Dajjal.

“Tidak ada fitnah terdahsyat,” begitu sabda Baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam, “sejak diciptakannya Adam hingga terjadinya kiamat, yang melebihi Dajjal,” lanjutnya dalam riwayat Al Hakim.

Lalu apa hubungannya Dajjal dengan keempat fitnah di atas? Dijelaskan bahwa Dajjal akan muncul sebelum terjadinya hari kiamat dengan menebarkan fitnah-fitnah yang antara lain; ia mampu menghidupkan orang mati setelah ia membunuhnya. Ia mampu memerintahkan langit untuk turunkan hujan. Harta mengikutinya selayak sekelompok lebah. Bahkan air dan api ada di tangannya.

Bila hati kosong tanpa iman, mudah saja ia terpeleset pada fitnah agama, lantas menyekutukan Allah dengan Dajjal. Atau terperangkap pada fitnah kekayaan dan kekuasaan sebab tak kuasa menahan diri. Terjerumus fitnah ilmu dengan bangkang terhadap kebenaran dan petunjuk-petunjuk Allah.
Dari sini tampak sudah tujuan surat Al Kahfi yaitu memelihara manusia dari fitnah. Kewaspadaan akan fitnah-fitnah bisa dibangun dengan membaca surat Al Kahfi lagi mentadaburi maknanya. Maka benarlah sabda Rasul tentang keutamaan surat ini,

“Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “(sepuluh ayat terakhir) dari surat Al-Kahfi.”

(Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no.809, Ahmad V/196 no.21760, Ibnu Hibban III/366 no.786, Al-Hakim II/399 no.3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no.2344. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar