Kamis, 31 Maret 2016

Fiqh Munakahat : Larangan Menikahi Wanita Atau Pria Kafir

بسم الله الرحمن الرحيم

 : Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman,

{وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ} [البقرة : 221]

Artinya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinNya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah : 221).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang fiqh munakahat (pernikahan) yaitu larangan menikahi wanita kafir atau menikah dgn pria kafir.

Tata pergaulan pria & wanita diera modern saat ini cenderung mengikuti peradaban barat (western) yg berorientasi pd bebas nilai yg bersifat hedonisme & pemuasan syahwat semata. Hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau menikah tp berbeda agama & keyakinan (Nikah Sipil) seolah2 sdh menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Bahkan digembar gemborkan bagian dari hak azasi manusia (Human right).

Pd asalnya kecenderungan manusia suka kpd lawan jenisnya adl bagian dari fitrah manusia. Hal ini merupakan ekspresi dorongan syahwat biologis (Gharizah At-tadayun) yg ada didlm diri manusia. Allah SWT berfirman,

{زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ} [آل عمران : 14]

Artinya : “Dijadikan indah pd (pandangan) manusia kecintaan kpd apa2 yg diingini berupa: wanita2, anak2, harta yg banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang2 ternak & sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yg baik/surga.(QS.Al-imran:14).

Dorongan syahwat itu tdk dpt dikekang atau dilenyapkan dari dlm diri manusia, sebagaimana ada manusia yg menolak menikah krn hendak menjadi manusia yg suci. Siapa saja diantara manusia yg hendak melenyapkan syahwatnya sama halnya ia menolak fitrahnya sbg manusia. Syahwat bukan utk dilenyapkan & bukan pula utk diumbar akan tp utk disalurkan.

Agar dorongan syahwat itu disalurkan dgn cara yg baik & benar maka Allah SWT mensyari’atkan pernikahan. Pernikahan didlm Islam adl ibadah yg dpt menghalalkan dari yg haram (jima’), meneruskan keturunan, mewujudkan ketenteraman & kedamaian hidup bersama pasangan hidupnya. Rasulullah SAW bersabda,

قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Artinya : Rasulullah SAW bersabda pada kami: Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mempunyai kemampuan (secara fisik dan harta), hendaknya ia menikah, krn menikah itu dapat menundukkan pandangan & memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat meredam (syahwat)”.(HR.Bukhari & Muslim).

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 221 diatas : Ini adl pengharaman bagi kaum muslimin utk menikahi wanita2 musyrik, para penyembah berhala. Jika yg dimaksudkan adl kaum wanita musyrik secara umum yg mencakup semua wanita, baik dari kalangan ahlul kitab maupun penyembah berhala, maka Allah Ta’ala tlh mengkhususkan wanita Ahlul Kitab, melalui firman-Nya yg artinya:

“(Dan dihalalkan menikahi) wanita2 yg menjaga kehormatan di antara wanita2 yg beriman & wanita2 yg menjaga kehormatan di antara orang2 yg diberi al-Kitab sebelum kamu, jika kamu telah membayar mas kawin mereka dgn maksud menikahinya, tdk dgn maksud berzina & tdk pula menjadikannya gundik.” (QS.Al-Maa-idah: 5).

Mengenai firman Allah Ta’ala: wa laa tankihul musyrikaati hattaa yu’minn (Dan janganlah kamu nikahi wanita2 musyrik sebelum mereka beriman) Ali bin Abi Thalhah r.a meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a : Dalam hal ini, Allah SWT tlh mengecualikan wanita2 Ahlul Kitab. Hal senada jg dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Makhul, Hasan al-Bashri, adh-Dhahhak, Zaid bin Aslam, Rabi’ bin Anas & ulama lainnya.

(Ref : Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Daar Ibnu Hazm, hal 275).

Hukum Menikahi Ahli Kitab.

Jumhur ulama menyatakan yg dimaksud dgn kata Al-muhsanat didlm surat Al-maidah ayat 5 adl : wanita2 yg menjaga kesucian & kehormatan dirinya baik wanita2 merdeka maupun budak wanita. Dgn demikian wanita2 ahli kitab tdk termasuk wanita2 yg haram utk dinikahi. Pendapat ini jg dikemukakan oleh mayoritas sahabat & tabi’in diantaranya :

Diriwayatkan dari Jabir bhw dia pernah ditanya tentang hukum seorang muslim yg menikah dgn wanita Yahudi & Nashrani. Jabir menjawab, Kami menikahi wanita mrk (Yahudi & Nashrani) pd masa penaklukan di Kufah bersama Sa’ad Abi Waqqash. Jumlah wanita2 muslimah ketika itu msh sedikit & ketika kami kembali kami menceraikan mrk. Jabir berkata, mrk tdk berhak mewarisi seorang muslim & seorang muslim tdk berhak mewarisi mrk. Wanita2 mrk halal bagi kita & wanita2 kita haram bagi mrk.(Imam As-syafi’ie, Kitab Al-umm juz 5 hal 8).

(Ref : Syaikh Abu Malik Kamal, Kitab Shahih Fiqh Sunnah, Jilid 3 hal 138).

Dgn demikian dpt diambil kesimpulan bhw haram hukumnya bagi mukmin menikahi wanita musyrik sebelum dia beriman atau haram bagi mukminah menikahi laki2 musyrik sebelum dia beriman. Adapun pengertian ahli kitab di zaman sekarang, apakah sama dgn kaum Nasrani & Yahudi pd zaman Rasulullah para ulama ikhtilaf. Mengingat ahli kitab yg dimaksudkan adl ahli kitab atas kitab Taurat & Injil yg msh asli (seperti paman dari Khadijah waktu meyakini kenabian Nabi Muhammad bukan para pendeta atau rahib).

Wallahu a’lam

By : Tommy Abdillah

Mari raih amal soleh dgn share tulisan da’wah ini. Barakallahu fiikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar